JAKARTA – Indonesia dari sejak dahulu kala dikenal sebagai negara agraris, lahan yang cukup luas cukup mensupport hasil tani yang ada di negeri ini. Namun seiring perkembangan zaman dimana tanah-tanah pertanian banyak beralih fungsi menjadi pemukiman cukup banyak merubah keadaan negeri ini.
Dilatarbelakangi hal tersebut, di bawah kepemimpinan Bapak Maju Tani Nusantara, Jenderal TNI (Purn) DR. HM Moeldoko, lewat Gerakan Maju Tani Nusantara melakukan upaya realistis untuk mengubah sektor pertanian Indonesia guna mencapai Indonesia Emas dalam 10 Tahun mendatang.
Tak tanggung, untuk mencapai hal tersebut, Gerakan Maju Tani Nusantara membuka kemitraan strategis dengan Korea – Qatar untuk turut mendukung transformasi pertanian ini. “Ini adalah tujuan yang sangat mungkin kita capai, tentunya dengan kerja keras bersama. Setiap warga Indonesia, tak peduli seberapa kecil peranannya, memiliki kontribusi yang berarti dalam gerakan ini,” ungkap Moeldoko saat melakukan siaran langsung TVRI di Auditorium TVRI, Senayan, Jakarta (23/10) siang ini.
Kepala Staf Kepresidenan sekaligus Panglima Tani dan Bapak Maju Tani Nusantara ini hadir didampingi Sofia Koswara selaku Founder Maju Tani, Puspita Yosana dari Green Teknologi, Edi Sulistyo selaku Entrepreneur sekaligus founder start-up loket.com dan Babe Idin, penggiat lingkungan.
Ketika ditanyakan akankah negeri ini mampu untuk mencapai target Indonesia Emas dalam 10 Tahun? Moeldoko menjawab dengan kata mampu. “Langkah-langkah konkret dan pencapaian nyata telah kami lakukan di Maju Tani dalam waktu kurang dari 2 bulan. Terlebih menyaksikan semangat generasi muda kita dalam upaya mewujudkan transformasi sektor pertanian Indonesia, dengan tujuan mencapai kemerdekaan pangan dan memberikan solusi bagi masalah kelaparan di tingkat global,” ungkapnya.
Selanjutnya, gerakan Indonesia Emas adalah visi menjadikan negeri ini sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia dengan pendapatan per kapita sebesar 30.000 USD pada tahun 2045 atau saat negara ini merayakan ulang tahunnya yang ke-100.
Gerakan ini nyata mengajak anak muda Indonesia untuk bertani dengan tidak hanya bertumpu pada sempit dan luasnya lahan pertanian yang ada. Anak muda mampu menginisiasi sebuah inisiatif baru dalam mengelola pertanian ini, maka saya hidupkan mesinnya untuk menjadi sebuah gerakan yang menggabungkan dan mengkolaborasikan dengan teknologi,” tegas Moeldoko.
Tak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Sofia Koswara, Founder Maju Tani yang mengatakan bahwa pemuda bukan hanya masa depan, mereka adalah kekuatan Tuhan. Energi, inovasi, dan tekad mereka adalah sebab utama perubahan, dan mereka membawa pandangan segar, ide-ide baru, dan komitmen mendalam terhadap misi kami dalam meningkatkan ketahanan pangan.
“Melalui kolaborasi ini, kurang dari 2 bulan kami telah mencapai prestasi luar biasa yang hanya bisa terjadi karena kemurahan dan penyertaan Tuhan yang kami alami. Semuanya supranatural. God is So Real. Tiada yang Mustahil bagi Tuhan,” tegas Sofia.
Ia juga menyebutkan bahwa Moeldoko dalam pengamatan pihaknya sangat berkomitmen dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk memakmurkan petani petani di desa desa.
Terkait hal ini, lewat pengalamannya beberapa tahun silam, Babe Idin yang merupakan seorang tokoh petani tradisional menyebutkan tahun 1998 dirinya pernah diundang pemerintah Belgia. “Saat itu saya diberitahu bahwa asosiasi penghasil bambu ada di Perancis, disitu saya merasa heran, bagaimana bisa bambu yang merupakan komoditas yang sangat mudah ditanam di Asia memiliki asosiasi di Perancis tapi tidak di Indonesia,” tuturnya.
Setelah kembali ke tanah air, Babe Idin mulai menginspirasi masyarakat agar jangan mau kalah dengan para petani di Eropa yang bisa membawa barang yang sederhana menjadi sebuah komoditas yang premium.
Sedangkan Puspita Yosana atau Puput dari Green Teknologi yang juga merupakan perwakilan partner Maju Tani dalam hal teknologi menerangkan tentang inovasi teknologi yang telah diciptakan oleh teman-teman di industri teknologi. “Hari ini saya mengenalkan Vending Machine dari Monstergroup dan Green Box dari Green. Banyak keunggulan yang ditawarkan, mulai dari hasil panen yang berlipat-lipat dengan waktu yang singkat,” sebutnya.
“Apalagi jika dikombinasikan dengan bibit padi M70D atau Moeldoko 70 Day, yang mampu di panen empat kali dalam setahun. Ini akan menjadi sebuah peningkatan pertanian yang cukup pesat. Saat ini kita tengah mensosialisasikan teknologi ini kepada komunitas tani di Indonesia,” ungkap Puput lagi.
Perlu diketahui bahwa saat ini, pendapatan per kapita Indonesia hanya mencapai 4.580 USD, masih jauh di bawah negara mitra strategis seperti Oatar dan Korea Selatan. Terkait hal tersebut, pada 13 September 2023 lalu, di Seoul, Korea Selatan, Gerakan Maju Tani Nusantara telah meluncurkan Green Digital Economy Platform (GDEP) bersama pemerintah Korea Selatan. Dimana tiga perusahaan Korea Selatan telah berkomitmen mendukung Maju Tani dengan dana sebesar 1 miliar USD untuk membangun Net Zero Cities di Indonesia. GDEP adalah platform ekonomi digital yang menekankan pada teknologi, inovasi, dan keberlanjutan.
GDEP sekaligus menandai kolaborasi antara Indonesia dan Korea Selatan, yang merayakan 50 tahun hubungan diplomatiknya, dan sepakat menjadikan GDEP Indonesia sebagai pemimpin global dalam inovasi Agritech. Dengan memperlengkapi 62 juta petani Indonesia dengan teknologi modern, seperti Al, IoT, dan Transformasi Digital, yang akan menggandakan hasil panen dan pendapatan mereka, serta membawa kemakmuran yang luar biasa.
“Dengan dukungan semua pihak, kami ingin menciptakan terobosan dalam mengatasi krisis pangan di dalam negeri. Teknologi adalah senjata ampuh dalam upaya mencapai kemandirian pangan. Dengan teknologi Smart Controlled Environment, pertanian tidak lagi tergantung pada cuaca. Dengan bantuan Al, IoT, teknologi presisi, hasil panen bisa melipatgandakan hingga 120 kali lipat dibandingkan dengan metode tradisional,” tutup Panglima Tani, Jenderal TNI (Purn) DR.HM Moeldoko./ JOURNEY OF INDONESIA