Indonesia, sebuah negara yang memikat tak hanya lewat keindahan alamnya yang menakjubkan, tetapi juga melalui keanekaragaman adat istiadat yang kaya akan warna dan makna. Setiap langkah di negeri ini adalah perjalanan melintasi pemandangan alam yang menawan hati dan tradisi luhur yang membentuk identitas bangsa. Dengan gabungan keindahan alam yang spektakuler dan kekayaan adat istiadat yang memesona, Indonesia menawarkan pengalaman yang sangat istimewa. Selain keindahan alam daerah Enrekang yang berada di Sulawesi Selatan, adat istiadat provinsi ini juga dapat dilihat dari upacara adat “Tulude” di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Upacara ini diadakan setiap tahun, tepatnya pada akhir Januari, yaitu tanggal 31 Januari. Tulude sudah dilaksanakan turun temurun sejak abad ke-16, awalnya Tulude diadakan setiap tahun pada tanggal 31 Desember.
Upacara Adat Tulude umumnya dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Masyarakat Toraja sangat bergantung pada pertanian, dan upacara ini menjadi wujud terima kasih kepada penguasa alam. Upacara ini juga berfungsi sebagai penghormatan kepada leluhur atau roh nenek moyang. Ritual ini mencerminkan kepercayaan bahwa leluhur memiliki peran dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan berkah atau melindungi masyarakat.
Tulude dalam bahasa Sangihe, berasal dari kata “Suhude” yang berarti menolak. Tulude dimaknai sebagai penolakan terhadap tahun yang lama atau menolak meratapi kehidupan di tahun sebelumnya dan kesiapan untuk menerima tahun baru. Upacara ini mirip sebagai upacara perayaan budaya rasa syukur masyrakat Minahasa. Upacara adat Tulude disebut juga “Saliwangu Wanua”.
Sejarah Singkat Upacara Adat Tulude
Upacara adat Tulude ini sudah dilaksanakan sejak abad ke-16, tepatnya pada tanggal 31 Desember di penghujung tahun. Pada abad ke-19, Kristen dan Islam mulai memasuki wilayah Sangihe dan Talaud. Kemudian upacara ini diisi oleh muatan penginjilan untuk menggantikan tradisi kekafiran yang kemudian perlahan hilang. Semenjak Kristen dan Islam memasuki wilayah Sangihe dan Talaud, pelaksanaan upacara ini kemudian dialihkan menjadi tanggal 31 Januari.
Pengalihan pelaksaan upacara ini karena tanggal 31 Desember kurang tepat bagi sebagian besar masyarakat yang memeluk agama Kristen. Dimana pada tanggal 31 Desember itu merupakan tanggal seminggu setelah melakukan ibadah Natal, dan pada akhir tahun disibukan dengan ibadah akhir tahun dan perayaan tahun baru. Karena alasan itulah mengapa perayaan upacara ini dialihkan menjadi tanggal 31 Januari. Pada tahun 1995, pemerintah Kepulauan Sangihe-Talaud menetapkan tanggal 31 Januari sebagai perayaan upacara adat Tulude.
Pelaksanaan Upacara Adat Tulude
Proses Upacara Adat Tulude melibatkan serangkaian langkah dan ritual yang dijalankan oleh masyarakat Toraja dengan penuh kekhusukan. Berikut adalah gambaran umum mengenai proses pelaksanaan Upacara Adat Tulude:
- Persiapan: Sebelum pelaksanaan upacara, ada persiapan yang dilakukan oleh masyarakat. Ini melibatkan pemilihan lokasi, persiapan hewan kurban, dan koordinasi antaranggota komunitas.
- Pemberian Sesaji: Upacara dimulai dengan pemberian sesaji atau persembahan kepada leluhur dan roh nenek moyang. Hal ini dapat berupa hasil panen, buah-buahan, bunga, dan barang-barang lainnya yang dianggap sebagai tanda kehormatan.
- Tarian dan Musik Tradisional: Tarian dan musik tradisional menjadi bagian tak terpisahkan dari Upacara Adat Tulude. Masyarakat Toraja mengadakan pertunjukan tarian dengan menggunakan pakaian adat dan alat musik tradisional untuk menyampaikan ungkapan syukur dan penghormatan.
- Doa-doa Adat: Selama upacara, pemimpin adat atau pendeta adat dapat memimpin doa-doa adat. Doa ini mencakup permohonan berkah, keselamatan, dan keberhasilan bagi masyarakat serta ungkapan terima kasih kepada leluhur.
- Pemotongan Hewan Kurban: Salah satu momen penting dalam Upacara Adat Tulude adalah pemotongan hewan kurban. Biasanya, kerbau atau babi yang telah dipersiapkan akan disembelih secara adat. Daging hasil kurban kemudian dibagikan kepada anggota masyarakat.
- Pemberian Nama pada Anak-anak: Kadang-kadang, Upacara Adat Tulude juga menjadi kesempatan untuk memberikan nama pada anak-anak yang lahir dalam jangka waktu tertentu. Proses ini melibatkan pertimbangan dan doa-doa adat.
- Upacara Pemakaman: Dalam beberapa kasus, Upacara Adat Tulude juga dapat dikaitkan dengan upacara pemakaman. Pemakaman dilakukan dengan menghormati dan memuliakan jenazah yang meninggal.
- Perayaan Bersama: Setelah selesai upacara, masyarakat berkumpul untuk merayakan keberhasilan panen, kehidupan baru, atau peristiwa penting lainnya. Ini menciptakan suasana kebersamaan dan kegembiraan.
- Pembersihan dan Penyucian: Setelah upacara selesai, ada langkah-langkah pembersihan dan penyucian yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat upacara dan memastikan bahwa semua elemen adat telah dipenuhi./ JOURNEY OF INDONESIA