MOJOKERTO – Keberadaan Kerajaan Majapahit sampai kini masih menarik untuk ditelusuri. Salah satu destinasi wisata sejarah peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan yang menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi adalah Gapura Wringin Lawang.
Gapura Wringin Lawang atau sering disebut Candi Wringin Lawang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Bangunan ini bertipe candi bentar atau gapura yang terbentuk dari dua bangunan kembar tanpa atap. Para ahli menduga bahwa pada zaman dulu fungsi bangunan Gapura Wringin Lawang adalah sebagai salah satu pintu gerbang menuju salah satu kompleks ibu kota Majapahit.
Sebagai pintu gerbang atau gapura, candi bentar memiliki ciri khusus, yakni adanya dua bagian yang sama sebangun dan simetris, serta tidak beratap dan tidak memiliki daun pintu. Gapura Wringin Lawang mewakili jenis candi bentar yang besar di Jawa Timur.
Melihat tipe bangunan dan lokasinya, Gapura Wringin Lawang diduga merupakan pintu gerbang menuju salah satu kompleks bangunan yang berada di kota Majapahit. Pasalnya, wilayah Trowulan di Mojokerto diperkirakan sebagai pusat ibu kota Kerajaan Majapahit.
Menurut dari berbagai sumber, penemuan Gapura Wringin Lawang dicatat pertama kalinya oleh Wardenaar pada 1815. Saat itu, Wardenaar mendapat tugas dari Sir Thomas Stamford Raffles untuk mencatat peninggalan arkeologi di daerah Mojokerto. Data dari Wadenaar dimasukkan ke dalam buku Rafless, The History of Java (1817), yang mencantumkan sketsa Gapura Wringin Lawang dengan nama Gapura Jati Pasar, sesuai nama desanya.
Nama Gapura Wringin Lawang baru ditemukan pada 1907 dalam tulisan Knebel. Dalam Bahasa Jawa, Wringin Lawang berarti pintu beringin. Masyarakat sekitar memang menyebutnya Gapura Wringin Lawang karena cerita turun-temurun yang menyebut bahwa dulu ada dua pohon beringin yang mengapit bangunan gapura.
Saat ditemukan, Gapura Wringin Lawang kondisinya tidak lagi utuh. Pada awal 1990-an, dilakukan pemugaran untuk memperbaiki sebagian tubuh dan puncak gapura sisi utara yang telah hilang. Setelah dilakukan pemugaran, Gapura Wringin Lawang saat ini memiliki panjang 13 meter, lebar 11,5 meter dan tinggi 15,5 meter.
Jarak antara dua bangunan gapura selebar 3,5 meter, dengan tangga berjumlah tujuh undakan di bagian barat, dan tangga berjumlah empat undakan di bagian timur. Tidak banyak diketahui tentang masa pembangunan maupun fungsi Gapura Wringin Lawang. Para ahli menduga bahwa bangunan ini berasal dari abad ke-14 dan dibangun sebagai pintu gerbang.
Bagi pelancong yang tertarik, bisa datang ke situs ini di waktu operasional yang dimulaipada pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Tiket masuk untuk mengunjungi candi ini dikenakan biaya sebesar Dewasa: Rp4.000 dan Anak-Anak: Rp2.000./ JOURNEY OF INDONESIA/ Morteza