Tak lengkap rasanya berkunjung ke Nusa Tenggara Barat (NTB), tanpa menyempatkan diri untuk singgah ke Dusun Ende. Dusun yang hanya memiliki luas wilayah sekitar 1 hektar ini berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.
Dari Kota Mataram, perjalanan sejauh lebih kurang 40 km, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Begitu sampai di lokasi, pengunjung disambut ramah oleh masyarakat Suku Sasak yang mendiami Dusun Ende.
Rumah penduduk disana masih sangat sederhana. Siapa sangka, rumah tersebut dibangun hanya menggunakan tanah liat yang dicampur kotoran kerbau. Atapnya terbuat dari ilalang, dan didesain miring sehingga para tamu yang berkunjung harus menundukkan kepala. Hal itu dimaknai sebagai penghormatan kepada pemilik rumah.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Ende menjalani aktivitas dengan memegang teguh tradisi yang masih mengakar dari para leluhur. Salah satunya yaitu prosesi kawin lari.
Dalam tradisi ini, pihak pria membawa lari wanita yang akan dinikahinya. Hal itu dilakukan tanpa sepengetahuan orang tua si wanita. Biasanya, waktu pelarian berlangsung 3 hari. Selanjutnya, orang tua wanita akan menebus untuk membicarakan kelanjutan hubungan ke jenjang pernikahan.
Banyak wisatawan yang datang mengaku takjub dengan rumah Suku Sasak tersebut. Meski bentuknya sederhana, namun cara pembangunannya memberi daya tarik tersendiri untuk disimak.
“Saya tidak pernah terpikir ada rumah yang dibangun dari tanah liat dan kotoran kerbau. Meski sepintas membuat saya agak bergidik, tetapi ini sangat unik. Aromanya juga tidak membuat kita mual. Kita ‘enjoy’ di sini,” ujar Apna Aidasani, salah seorang pengunjung yang berasal dari Dubai.
Pemerintah, baik pusat ataupun daerah kerap mengadakan famtrip dengan melibatkan peserta dari berbagai negara. Harapannya adalah, agar sekembalinya mereka ke negaranya masing-masing bisa membantu mempromosikannya lewat publikasi media di negaranya, baik cetak maupun online./ JOURNEY OF INDONESIA