SURABAYA – Setelah 17 tahun konsisten menjadi ruang ekspresi seni di ketinggian, festival BRI Jazz Gunung Bromo 2025 kembali hadir dengan semangat baru dan dukungan lebih luas. Diselenggarakan pada 25-26 Juli 2025 di amfiteater terbuka Jiwa Jawa Resort, Probolinggo, ajang ini tak hanya menjadi pesta musik, tapi juga bagian penting dari narasi pariwisata berbasis budaya di Indonesia.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, menyebut Jazz Gunung sebagai ikon seni pertunjukan yang tak sekadar menghibur, tetapi juga membentuk identitas destinasi. “Bromo bukan hanya ikonnya Jawa Timur, tapi juga Indonesia. Seperti Gunung Fuji di Jepang, Bromo adalah anugerah alam yang wajib kita rawat dan promosikan,” ujar Emil dalam konferensi pers di Taman Budaya Cak Durasim, Surabaya, Kamis (24/7/2025).
Emil juga menekankan bahwa penyelenggaraan Jazz Gunung yang sudah memasuki tahun ke-17 merupakan contoh nyata keberhasilan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Emil sangat mengapresiasi penyelenggaraan Jazz Gunung sebagai ajang yang mengangkat pariwisata berbasis minat khusus, terutama seni pertunjukan.
Ia juga menyebutkan konsep DOT (Destination, Origin, Time) sebagai kunci penting dalam pengembangan pariwisata, di mana Bromo sangat memenuhi unsur destinasi. “Pariwisata itu ada yang reguler, ada juga yang minat khusus seperti seni. Kalau seni, cukup dinikmati, ditonton, dan dirasakan,” sebut Emil.
Sebelumnya, Bagas Indyatmono, Direktur Jazz Gunung Indonesia, menjelaskan bahwa tahun ini festival tersebut menjadi bagian dari rangkaian panjang Jazz Gunung Series yang juga akan digelar di Ijen, Banyuwangi. Kehadiran sponsor utama BRI pun dianggap memperkuat positioning Jazz Gunung sebagai agenda budaya nasional dan internasional.

“Jazz Gunung kini bukan hanya milik Probolinggo, tapi menjadi representasi pariwisata Indonesia. Kami bekerja sama dengan dinas-dinas kebudayaan dari provinsi hingga kabupaten. Ini bentuk kolaborasi lintas sektor yang kami jaga dan kembangkan,” jelas Bagas.
Sementara itu, Sigit Pramono Founder Musik Jazz Gunung Indonesia mengatakan, event musik ini juga menyelenggarakan Jazz Camp yakni program residency mengumpulkan para musisi muda yang memiliki antusiasme pada jazz, untuk sama-sama belajar dengan beberapa hari berkumpul dan dibimbing musisi berpengalaman.
Setelah digelar series 1 lalu dilanjutkan Jazz Gunung series 2 di Bromo, gelaran event musik di Jatim ini akan berlanjut ke Jazz Gunung series 3 Ijen yang akan digelar di Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi, pada bulan Agustus 2025 mendatang. “Menampilkan para pengisi acara, artis penyanyi dan grup band yang sama menariknya dengan series pertama,” terangnya.
Beberapa lineup yang dipastikan hadir adalah Lorjhu’ dengan sentuhan etnik khas Madura, Natasya Elvira dan Rouge dengan energi muda, sampai Tohpati Ethnomission yang siap dengan eksplorasi jazz dan alat musik tradisional. Lalu ada juga Sal Priadi, yang bakal bikin hadir lewat lirik-lirik puitisnya.
Kekhasan dari festival ini, menurut Emil Dardak, terletak pada perpaduan antara lanskap pegunungan Tengger dan pertunjukan musik berkelas. Ia mengajak warga Jawa Timur untuk datang dan merasakan pengalaman unik mendengarkan musik jazz di udara sejuk menjelang senja.
Sebagai bentuk dukungan dari pemerintah Jawa Timur, Emil memaparkan bahwa pemerintah sendiri telah melakukan penguatan akses ke Bromo melalui empat jalur utama: Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang. Menurutnya, kehadiran Jazz Gunung bisa menjadi identitas khas bagi jalur Sukapura, Probolinggo. “Setiap jalur menuju Bromo harus punya karakter. Jazz Gunung memberi warna artistik untuk Probolinggo,” katanya menegaskan.
Musisi nasional dan internasional dijadwalkan tampil di panggung terbuka yang langsung menghadap megahnya pegunungan. Dari tahun ke tahun, Jazz Gunung dikenal tak hanya menyuguhkan pertunjukan musik, tapi juga menyatukan dialog antara alam, seni, dan manusia./ JOURNEY OF INDONESIA | Ismed Nompo