JAKARTA — Tujuh tahun adalah waktu yang panjang bagi seorang musisi untuk tidak merilis album penuh berbahasa Indonesia. Namun, penantian itu akhirnya usai. Afgan yang dikenal sebagai penyanyi pop R&B kembali menyapa pendengar dengan karya terbarunya, sebuah album ketujuh bertajuk “Retrospektif.”
Album ini bukan sekadar koleksi lagu, melainkan sebuah penanda penting yang merekam perjalanan musik dan pribadi Afgan. Ia menyebutnya sebagai refleksi mendalam, bagaimana ia tumbuh, jatuh, bangkit, dan pada akhirnya, menemukan kembali suara paling jujurnya. “Retrospektif” sekaligus menjadi momen kepulangan Afgan pada akar pop Indonesia yang sejak awal membentuk identitas musiknya.
“Setelah bertahun-tahun bereksperimen dan berjalan jauh, gue ingin kembali ke akar yang pernah menumbuhkan gue. Tapi kali ini dengan hati yang berbeda, lebih matang, lebih jujur, dan lebih siap berbagi cerita,” ujar Afgan menjelaskan esensi dari album teranyarnya ini.
“Retrospektif” menghadirkan sepuluh lagu yang kental dengan nuansa pop dan R&B yang khas dari Afgan, namun dengan sentuhan produksi yang lebih organik dan hangat. Jika sebelumnya Afgan identik dengan sentuhan balada orkestrasi yang megah, kini ia memilih jalur yang berbeda. Hasilnya adalah karya yang terasa segar namun tetap akrab di telinga pendengar, layaknya sebuah percakapan intim antara musisi dan audiensnya.
Sisi organik album ini tak lepas dari peran para produser yang terlibat yakni Petra Sihombing, Gerald Situmorang, dan Rendy Pandugo. Menariknya, mereka semua adalah pemain gitar. Pilihan ini memberikan karakter musik yang lebih earthy, maskulin, dan dekat dengan nuansa akustik.
Petra Sihombing, yang menggarap mayoritas produksi album, menyaksikan langsung proses pencarian kreatif Afgan. Ia menceritakan bagaimana Afgan datang tanpa banyak rencana, namun perlahan menemukan arah dan bahasa musikal yang ingin disampaikan. “Buat gue, menyaksikan seseorang melewati proses pencarian itu adalah hal yang sangat indah. Energi itu yang bikin album ini terasa personal karena kita nggak nunggu inspirasi datang, tapi benar-benar mencarinya bersama,” kata Petra.
Selain ketiga produser tersebut, Afgan juga menggandeng deretan kolaborator penulis lagu dan komposer terbaik seperti Muhammad Kamga, Iqbal Siregar, dan Bilal Indrajaya, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap warna dan kedalaman lirik album ini.
Single pertamanya, ‘Kacamata’, telah lebih dulu dirilis dan disambut hangat, mencatat lebih dari 5.000.000 kali pemutaran dalam waktu kurang dari satu bulan. Lagu ini menjadi gerbang bagi pendengar, bercerita tentang mengalah sebagai cara lain untuk mencintai, meski harus berujung merelakan.
Secara keseluruhan, album ini membawa pendengar menelusuri spektrum emosi manusia yang kompleks, dari pahit hingga manis. “Misteri Dunia” menjadi pengantar yang penuh makna, tentang bagaimana luka tidak selalu menjadi akhir, melainkan pintu menuju terang, mengajak pendengar merayakan pahit dan manisnya kehidupan.
Sementara itu, ‘Sebentar’ menggambarkan firasat kehilangan, hati yang belum siap melepas namun perlahan menyadari takdir memiliki jalannya sendiri. Pada lagu ‘Peluk’, Afgan menunjukkan sisi paling intimnya. Lagu ini menggambarkan paradoks seorang figur publik, yang dirayakan banyak orang, tetapi sesungguhnya merasa sendiri. Di balik kesibukan dan sorotan, lagu ini mengingatkan bahwa kebutuhan hati manusia seringkali sesederhana sebuah pelukan.
Pesan ketenangan hadir dalam ‘Silakan’, yang bercerita tentang keberanian untuk memilih damai dan meninggalkan hubungan yang melelahkan. Di sisi lain, ‘Sampai Jumpa’ memotret perpisahan dari sudut pandang yang penuh harapan, meyakini bahwa semesta kadang meminta dua orang berpisah lebih dulu agar suatu saat dapat memahami arti kehadiran satu sama lain.
Kisah cinta yang muncul tanpa aba-aba hadir dalam nada ringan dan spontan di lagu ‘Tak Ada Rencana’ yang mengingatkan bahwa hal-hal paling indah seringkali datang di saat yang paling tidak terduga. Rasa rindu lama yang bangkit kembali setelah pertemuan tak terduga diceritakan dalam ‘Masa Iya?’.
Optimisme Afgan terpancar dalam ‘Kepastian’, tentang menunggu tanpa ragu, dengan keyakinan bahwa segala yang benar-benar berarti dalam hidup selalu layak diperjuangkan. Album ditutup dengan nuansa melankolis yang lembut lewat ‘The One That Got Away’, sebuah kesadaran yang datang terlambat setelah kehilangan.
Secara garis besar, “Retrospektif” adalah potret kedewasaan Afgan sebagai musisi dan manusia. Album ini bukan tentang sekadar nostalgia, melainkan tentang penerimaan dan pemahaman. Ia menoleh ke masa lalu bukan untuk terjebak di sana, melainkan untuk merangkul setiap pengalaman yang membentuk dirinya hari ini.
“Gue pengen orang yang dengerin album ini ngerasa ditemani,” tutup Afgan. “Buat gue, Retrospektif adalah perjalanan pulang ke tempat di mana gue pertama kali menemukan makna musik dan jujur sama diri sendiri.” Album “Retrospektif” sudah dapat didengarkan di seluruh digital streaming platform mulai 19 November 2025./ JOURNEY OF INDONESIA | Nuhaa

















