PEMALANG – Deru mesin jahit yang sempat membisu sekian lama di Jalan Lingkar Luar Pemalang, Desa Kabunan, Kecamatan Taman, kini kembali terdengar bersahutan. Suara itu bukan sekadar bising aktivitas industri, melainkan simfoni harapan bagi ribuan keluarga yang sempat terombang-ambing dalam ketidakpastian ekonomi. Pada pertengahan Desember 2025 ini, sebuah babak baru dimulai ketika pabrik garmen seluas 1,5 hektar tersebut resmi dioperasikan kembali.
Langkah strategis ini diambil oleh PT Wong Hang Bersaudara (WHB), sebuah entitas yang selama ini kondang dengan reputasi tinggi di jagat fesyen tanah air. Melalui akuisisi terhadap fasilitas yang sempat dinyatakan pailit, perusahaan di bawah komando generasi keempat yakni Stephen Wongso, Samuel Wongso, dan Alfindra Amanda telah berhasil mengubah aset tidak produktif menjadi jantung ekonomi yang kembali berdenyut bagi masyarakat Kabupaten Pemalang.
Momentum kebangkitan industri ini mendapat atensi serius dari tingkat nasional. Wakapolri Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo, S.H., M.Hum., M.Si., M.M. hadir secara langsung untuk meresmikan pengoperasian kembali pabrik tersebut pada Jumat (19/12/2025). Kehadiran jajaran tinggi Polri ini menegaskan bahwa stabilitas keamanan nasional berkaitan erat dengan kesejahteraan ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja bagi rakyat kecil.

Dalam kesempatan tersebut, Wakapolri menyampaikan bahwa keterlibatan institusi Polri merupakan bagian dari komitmen untuk mendukung setiap kegiatan sosial dan ekonomi yang berdampak langsung pada masyarakat. Beliau mengapresiasi keberanian investor nasional yang bersedia turun tangan menghidupkan kembali ekosistem industri yang sempat mati suri.
“Pengoperasian kembali pabrik ini menunjukkan bagaimana kolaborasi dapat menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat,” terang Dedi usai prosesi peresmian. Senada dengan hal tersebut, apresiasi juga mengalir atas langkah kolaboratif yang membuka ruang bagi terbukanya lapangan kerja baru serta memberikan optimisme bagi dunia usaha di Jawa Tengah.
Bagi para pekerja, beroperasinya kembali pabrik ini membangkitkan kembali asa yang pernah padam. Seperti yang juga disebut Nining (33) dan ibu dari 2 orang anak yang pernah bekerja diperusahaan sebelumnya. “Rasanya lega bisa bekerja lagi dan punya penghasilan tetap. Selama pabrik tutup kami harus bekerja serabutan,” ungkap Nining. Ia berharap aktivitas produksi dapat berjalan berkelanjutan agar kesejahteraan pekerja lebih terjamin.

Direktur PT Wong Hang Bersaudara, Alfindra Amanda, menjelaskan bahwa visi perusahaan melampaui sekadar memutar kembali roda mesin. Dengan infrastruktur yang mencakup sekitar 900 unit mesin produksi serta fasilitas mess karyawan yang memadai, pihaknya berkomitmen membangun ekosistem industri garmen yang sehat dan berkelanjutan di Pemalang.
Selain fokus pada produksi internal, PT WHB juga merancang pola kolaborasi dengan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tekstil di wilayah setempat. Sinergi ini diharapkan mampu menghidupkan seluruh rantai pasok lokal, mulai dari penyedia bahan penolong hingga jasa pendukung lainnya, sehingga tercipta multiplier effect bagi perekonomian Jawa Tengah secara luas.
“Revitalisasi pabrik ini menjadi langkah strategis untuk memulihkan lapangan kerja yang sempat hilang, sekaligus menggerakkan kembali aktivitas ekonomi masyarakat sekitar,” kata Alfindra. Ia juga menekankan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi sebagai fondasi hubungan industrial yang harmonis.

Menurut Alfindra, ketika sebuah industri dijalankan dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), maka ketenangan bekerja bagi buruh akan tercipta dengan sendirinya. “Ketika industri berjalan dengan aman dan patuh aturan, pekerja dapat bekerja dengan tenang. Hal ini mendorong daya beli dan menggerakkan ekonomi daerah,” jelas Alfrinda.
Sementara Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi yang juga hadir sangat mengapresiasi langkah investasi ini sebagai bagian dari penguatan sektor padat karya di wilayahnya. “Hingga triwulan III 2025, Jawa Tengah memang terus memacu realisasi investasi yang kini telah menembus angka Rp66 triliun. Pemerintah provinsi akan menjamin kemudahan perizinan serta perlindungan dari praktik premanisme yang dapat mengganggu iklim usaha,” tegas Luthfi.
Kini, dengan tema “Menjahit Harapan Kembali”, pabrik garmen di Desa Kabunan ini bukan lagi sekadar bangunan tembok tinggi yang dingin. Ia telah bertransformasi menjadi oase bagi ribuan pekerja untuk menatap masa depan dengan pundak yang lebih tegak dan harapan yang jauh lebih cerah./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk

















