JAKARTA – Persoalan cinta di Indonesia sering kali tidak sesederhana pertemuan dua hati, melainkan sebuah negosiasi panjang dengan nilai-nilai yang tumbuh di lingkungan sekitar. Menjelang akhir tahun 2025, Sinemaku Pictures mencoba membedah kerumitan tersebut melalui karya terbaru mereka bertajuk “Patah Hati yang Kupilih”.
Film ini bukan sekadar romansa picisan, melainkan sebuah refleksi mendalam mengenai bagaimana iman, tradisi keluarga, dan tanggung jawab hidup sering kali berdiri berseberangan dengan keinginan pribadi.
Melalui tangan dingin sutradara Danial Rifki, penonton diajak menyelami kehidupan Ben (Bryan Domani) dan Alya (Prilly Latuconsina), sepasang insan yang sempat dipisahkan oleh perbedaan keyakinan namun tetap terikat oleh sebuah konsekuensi besar dari masa lalu mereka. Hubungan mereka kini bertransformasi menjadi sesuatu yang jauh lebih kompleks dari sekadar rindu, mereka harus berperan sebagai orangtua tanpa pernah bisa bersatu kembali sebagai pasangan. Di sinilah letak kekuatan narasi film ini, di mana cinta tak lagi menjadi solusi, melainkan sebuah ruang untuk belajar merelakan.
Isu perbedaan iman yang diangkat bukan lagi sekadar bumbu konflik, melainkan fondasi utama yang menguji batas kedewasaan setiap karakter. Danial Rifki menekankan bahwa film ini adalah ruang untuk memahami perspektif manusia saat dihadapkan pada pilihan sulit. “Ketika membicarakan perbedaan, kita sebenarnya sedang membicarakan cara manusia memandang hidup. Film ini mencoba menghadirkan ruang bagi penonton untuk memahami perasaan setiap karakter dan berdiskusi tentang pilihan-pilihan sulit yang harus diambil,” kata Danial.
Di sisi lain, kehadiran sosok orangtua dalam Patah Hati yang Kupilih memberikan lapisan konflik yang sangat relevan dengan dinamika keluarga di Indonesia. Orangtua kerap diposisikan sebagai figur yang berniat melindungi masa depan anak-anak mereka, namun tanpa disadari, perlindungan tersebut justru menjelma menjadi tekanan yang membatasi ruang gerak batin sang anak. Konflik ini menyoroti bagaimana restu sering kali menjadi penentu arah hidup yang tak bisa ditawar, meski harus mengorbankan kebahagiaan personal.

Produser Umay Shahab mengungkapkan bahwa Sinemaku Pictures ingin menghadirkan cerita yang lebih matang dan mampu memantik diskusi publik. Dalam pandangannya, realitas kehidupan sering kali berada di area abu-abu, bukan sekadar hitam atau putih yang mudah diputuskan. “Patah Hati yang Kupilih berbicara tentang perbedaan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Bukan untuk menghakimi, tetapi untuk mengajak penonton berdiskusi dan merenungkan pilihan hidup yang sering kali tidak hitam-putih,” ujarnya.
Perjalanan karakter Alya menjadi poin emosional tersendiri dalam film ini, menggambarkan ketangguhan seorang perempuan yang harus memikul peran ibu tunggal di bawah bayang-bayang ketidakpastian.
Sementara itu, Ben merepresentasikan sisi laki-laki yang berjuang menyeimbangkan antara tanggung jawab moral, kasih sayang, dan keikhlasan. Keduanya berupaya menavigasi hidup di tengah keterbatasan ruang untuk bersama, sambil terus dihantui oleh pertanyaan tentang masa depan yang mungkin tak akan pernah sejalan.
Selain menampilkan akting terbaik dari Bryan Domani dan Prilly Latuconsina, film ini juga menghadirkan Humaira Jahra, Marissa Anita, Rowiena Umboh, Willem Bevers, Akbar Indian, Halda Rianta, dan Niky Putra. Dengan pendekatan visual yang tenang namun sarat emosi, film ini dijadwalkan menyapa penonton di bioskop-bioskop tanah air mulai 24 Desember 2025.
Patah Hati yang Kupilih pada akhirnya menjadi sebuah pengingat bahwa dalam hidup, terkadang mencintai tidak berarti memiliki, dan ada jenis-jenis patah hati yang memang harus dipilih demi kebaikan yang lebih besar./ JOURNEY OF INDONESIA | Denny Nathanael Pohan


















