Sebelas tahun sudah perjalanan Jakarta Coffee House (JCH) meramaikan dunia perkopian di Ibukota. Didirikan oleh Muhammad Buchari, atau yang akrab disapa Borie pada tahun 2011 lalu, Jakarta Coffee House bukan hanya sebuah micro roastery dan coffee shop saja, namun kini telah menjadi tempat training dan edukasi kopi.
Hingga saat ini, JCH telah memiliki 10 gerai aktif yang tersebar di wilayah Jakarta, namun lokasi pertama coffee shop ini berada di daerah Cipete, Jakarta Selatan. Konsep dari JCH adalah sebuah factory dan warehouse. Borie ingin memasok biji kopi yang didapatkan dari petani-petani yang dikenalnya, ke seluruh cafe dan coffee shop di Jakarta.
“Dalam prosesnya tentu harus ada pembuktian tentang kualitas biji kopi yang akan dipasok sehingga factory sebagian diubah menjadi coffee shop,” tutur Borie yang bertindak sebagai CEO dan Owner JCH
Tak sendiri, namun saling membahu bersama Ardani Yusuf Prawira yang bertindak sebagai COO, keduanyapun menjadikan JCH menjadi tempat edukasi dan pelatihan bagi para barista dan pemilik cafe dan coffee shop untuk belajar mengenai kopi. Tak hanya itu JCH juga akhirnya menjadi tempat konsultasi bagi yang memakai produk dari JCH.
Ardani pun menceritakan awal mula JCH berdiri, bahwa Borie telah mendalami dunia kopi selama hampir 20 tahun. Selama berkarir di dunia kopi ia memiliki visi untuk memajukan perkopian Indonesia sekaligus berharap agar masyarakat Indonesia juga bisa menikmati kopi asal Indonesia.
Melalui pengalaman Borie di dunia kopi serta kerja sama antara segenap tim, JCH menyajikan biji kopi lokal dengan kualitas terbaik kepada para penikmat kopi. Di lokasi Cipete ini, Jakarta Coffee House merupakan base camp dari para penggemar kopi di daerah Jakarta Selatan.
Ardani mengaku bahwa JCH sangat product oriented, dalam memperkenalkan koleksi biji kopi asal Indonesia, JCH bekerja sama dengan beberapa NGO (Non-Government Organization) dan perusahaan tertentu yang memiliki misi untuk edukasi.
JCH tidak membatasi pada kerja sama dengan NGO dan perusahaan besar saja, Ardani menjelaskan dimana JCH juga akan melakukan banyak kolaborasi dengan cafe, coffee shop, maupun pelaku usaha food & beverage (F&B) lain serta mempermudah akses konsumen untuk membeli produk JCH.
“Kopi Indonesia memang memiliki kualitas unggul yang sudah terkenal sejak jaman Belanda, karena itu Belanda datang ke Indonesia selain untuk rempah-rempah juga mengambil kopi. Sampai saat ini kualitas kopi Indonesia ada di posisi 4 dunia. Alhamdulilah, hari ini industri kopi Indonesia juga sudah mulai besar. Bahkan 53 persen kopi Indonesia sudah dikonsumsi sendiri!” ungkap Ardani.
Borie mengaku bahwa beberapa tahun diawal perjalanan JCH, dirinyalah yang meracik kopi, karyawan hanya tinggal menyuguhkan. Sementara pada waktu yang sama sang partner Ardani tengah menimba ilmu di luar negeri. “Keadaan seperti ini menjadikan saya sadar, bahwa untuk bisa berkembang saya harus percayakan kepada seorang barista. Taste tinggal disesuaikan saja, dengan berjalannya waktu,” ujar Borie.
Dari awal JCH didirikan sampai sekarang, “Beberapa pelanggan masih yang itu-itu juga. Dari mereka SMA, kuliah dan kini menikah dan punya anak,” ungkap Borie tentang pelanggan setianya. Dalam 11 tahun berjalan, kehadiran JCH di Cipete terasa menjadi pioneer dari pendirian beragam Coffee House di kawasan jalan Cipete.
“Dinas Pariwisata DKI baru-baru ini menyampaikan bahwa di kawasan Cipete berkembang ada 76 kedai kopi, dan Cipete seakan menjadi kelurahan Kopi Indonesia,” ungkap Ardani.
Berkat pengalaman panjang di dunia perkopian, akhirnya JCH sempat diundang dan diajak Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perdagangan untuk memperkenalkan kopi Indonesia ke 18 negara pada tahun 2019-2020. “Kami baru sempat jalan ke delapan negara. Terakhir ke Belgia dan Turki, namun kemudian masuk masa pandemik dan di April 2020 kegiatan terpaksa terhenti,” ungkap Borie menjelaskan.
Borie menyebutkan banyak kesan dan pengalaman yang dihadapinya sepanjang 11 tahun membangun JCH. Dalam mengembangkan JCH ke masa depan. Ia juga tidak akan berkonsentrasi untuk mengembangkan JCH pada kategori luxury seperti yang dibangunnya di Menteng, Jakarta Pusat, dekat dengan kantor Kedutaan negara sahabat. “Kalau outlet luxury, artinya harga harus beda dari outlet lain. Konsumen malah complaint kalau harganya disamain,” kata Borie.
Bukan hanya harga kopi yang jadi soal, namun interior cafe, sampai tempat parkir bahkan tukang parkirpun harus terlihat eksklusif. “Jadi saya pikir, saya akan berkonsentrasi di kelas menengah aja. Kelas ini lebih dekat dengan saya,“ kata Borie.
Dari 11 Outlet yang aktif beroperasi, Borie menyebut outlet di kawasan Cipete Jakarta Selatan dan Wahid Hasyim di Jakarta Pusat lah yang sangat padat dikunjungi konsumen di saat akhir pekan. “Outlet di Wahid Hasyim bisa dikunjungi sampai 300 orang. Mungkin karena banyak rombongan bersepeda yang mampir ke sini. Dan kami buka dari pukul 06.00 pagi di sini!”
Satu lagi keinginan yang masih menjadi impian besar Borie dan JCH sampai sekarang yakni membangung JCH di New York. “Impian itu lahir karena Ardani pernah tinggal lama di sana, dan dia yang menggerakan saya untuk berpikir pendirian JCH di New York. Saya tidak punya target kapan itu terwujud, tapi Insya Allah akan terus kami kejar!” kata Borie optimis./ JOURNEY OF INDONESIA