Gelaran Konser 15 tahun perjalanan Magenta Orkestra (MOXV) di dunia musik tanah air usai sudah. Konser yang dihelat pertama kalinya di Jakarta Internasional Velodrome ini menyisakan sebuah kenangan akan lagu-lagu orkestra gubahan Andi Rianto. Iringan musik orkestra yang selama ini selalu menjadi stigma sebagai musik yang tidak bisa dinikmati semua orang, Andi Rianto sebagai konduktor berhasil mematahkan stigma tersebut.
Beragam genre bisa dinikmati semua orang, dan semakin mengokohkan keberadaan Andi Rianto sebagai konduktor nomer satu di tanah air. Konser yang meriah itu bukan hanya diisi oleh para musisi besar, tetapi juga memberi kesempatan kepada pendatang baru yang berhasil mencuri perhatian pada malam itu. Dia adalah Francis Karel, pemuda berusia 21 tahun itu hadir di panggung Magenta Orkestra 15 tahun (MOXV) menyanyikan lagu ‘Low’ ciptaannya sendiri.
“Deg-degan banget ketika diminta mengisi penampilan special di konser MOXV. Ini pertama kalinya saya main di panggung yang ruangannya begitu besar. Biasanya cuma nyanyi untuk konten sekarang harus live ditempat yang ‘gede’ banget. Pastinya deg-degan, ” beber Francis Karel ketika ditemui beberapa waktu lalu disela latihan di Rossi Musik, Jakarta Selatan.
Andi Rianto ketika dikonfirmasi tentang Francis Karel, merasa sangat antusias mengajaknya kerjasama kali ini. Sebagai musisi muda Karel begitu biasa ia dipanggil mempunyai keteguhan yang kuat dalam bermusik. “Saat saya dengar single yang diciptakan Karel ‘Low‘ di YouTube. Saya langsung suka, jatuh hati. Single ini bukan hanya catchy dan enak didengar tapi bagus dalam komposisi musiknya, ” ungkap Andi Rianto pada kesempatan yang sama.
Kecintaan Karel terhadap musik membawanya melakukan banyak eksplorasi hanya dengan mendengarkan lagu dan belajar secara otodidak melalui konten YouTube serta belajar bagaimana menyanyi dengan benar. Karel yang mulai menciptakan lagu sejak usia 12 tahun, berhasil menciptakan sebuah lagu berbahasa Inggris yang berjudul ‘Help the World’. Lagu pertamanya yang menceritakan tentang kegelisahannya tentang rasa ketidakadilan pada saat itu.
“Help the World itu lagu pertama aku, senang banget walau cuma bisa nulis doang. Ketika didengarkan orang tua bilang ini lagu bagus lho.. Dari situ mulai tertarik nulis lagu, kalau dulu aku nulis lagu berdasarkan perasaan, emosi, tergantung liriknya harus bisa konek dari perasaan ke lagunya. Setelah belajar, jadi lebih ada pengertian dalam nulis lagu, ” ungkap pria kelahiran Jakarta, 6 November 1998 ini.
Keberhasilan Karel dalam menyanyikan lagu ‘Low’ dengan iringan musik orkestra membuat namanya berhasil mencuri perhatian penonton pada malam itu. Saat ini Karel yang sedang menempuh pendidikan di Los Angeles College of Music (LACM) mengambil jurusan song writing, Karel juga ingin serius mendalami kemampuannya dalam menciptakan lagu (composer) selain kemampuannya bernyanyi.
Karel bercerita untuk masuk sebagai salah satu Rising Star di konser Andi Rianto tidaklah mudah, ia mengaku sejak enam tahun lalu sudah pernah bertemu dengan komposer idolanya ini. “Jujur enam tahun lalu saya pernah ditolak mas Andi Rianto. Cuma memang vokal saya pada waktu itu belum develop, sampai akhirnya saya belajar mematangkan diri dan teknik bernyanyi saya perlu dikembangkan lagi,” aku Karel.
Dan benar saja, enam tahun kemudian tanpa ia duga Andi Rianto tertarik mengajaknya bekerja sama karena kemampuan dan bakatnya dibidang musik. Andi Rianto pun merasa senang bisa bekerja sama dengannya dan kedepannya ia berharap dapat bekerja smaa kembali dengan Karel melalui single-single nya mendatang. “Saya yakin Karel bisa maju dan berkembang lebih bagus lagi. Dan itu harus, saya percaya dia bisa, ” ujar Andi Rianto.
Perjalanan karir bermusik Karel dimulai sejak tahun 2016, dimana ia berkesempatan untuk bekerjasama dengan salah satu platform musik digital dan berangkat ke New York selama 2 minggu. Di sana Karel menunjukan kemampuannya dengan menciptakan 3 buah lagu dalam waktu hanya dua hari.
Dari sinilah ia bekerja sama dan berkolaborasi dengan A & X (Alcover and Xtassy), produser dibalik kesuksesan lagu yang menjadi soundtrack film The Fast and Furious. Sejak tahun 2017, Karel kemudian menghabiskan waktu di New York selama dua bulan dengan menghadiri beberapa master classes dan pelatihan-pelatihan.
“Amazing banget dengan semua prosesnya. Saya memang tertarik untuk belajar di USA, karena memang komunitas pencipta lagu sumbernya ke sana. Dari sana bisa dipelajari dan ada kemajuan selain kesempatannya juga ada. Semoga kedepan bisa jualan juga ke artis sana, ” pungkas Karel.
Karel juga berharap agar dia memiliki kesempatan untuk bisa berkolaborasi dengan musisi-musisi di Indonesia yang banyak ia kagumi untuk bisa belajar menjadi musisi yang lebih baik lagi./ JOURNEY OF INDONESIA