Perkembangan dunia teater di tanah air dirasakan memang tidak menjadi lebih baik dibanding era sebelumnya. Terdorong oleh rasa keprihatinan akan sedikitnya produksi pertunjukan teater di tanah air, menjadi latar belakang Restu Kusumaningrum untuk mengeksplorasi berbagai potensi yang ada di Indonesia seperti potensi kebudayaan bangsa dan potensi para generasi muda.
Dirinya pun kemudian mencari guru, pendidik, dan sutradara yang berpengalaman. Tak tanggung-tanggung, ia pun menyambangi negeri Sakura untuk menemukan guru yang ahli di bidangnya dan akhirnya dari sana ia menggandeng Tadashi Suzuki. “Kalau generasi saya berperan untuk memproduksi karya, siapa yang akan meneruskan di dunia panggung. Untuk itu saya tergerak untuk menggali potensi generasi muda,” ucapnya.
Keberagaman kebudayaan bangsa Indonesia tersebut, coba diangkat oleh Restu dengan menggandeng Suzuki Company of Toga (SCOT), Jepang dibawah Yayasan Bali Purnati, kemudian memproduksi sebuah pertunjukan teater kontemporer berjudul Dionysus.
Tadashi Suzuki sendiri merupakan maestro teater yang telah berkarir puluhan tahun. Di usianya yang menginjak 80 tahun, Suzuki masih berkecimpung di dunia teater. Restu menilai, metode yang dibuat Suzuki bisa diaplikasikan di Indonesia. “Saya yakin metode keaktoran yang diterapkan Suzuki akan meningkatkan kemampuan aktor Indoneaia yang terlibat di pertunjukkan tersebut,” jelas Restu saat ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Selasa (15/5).
Ini menjadi sebuah cerita panjang, saat Tadashi Suzuki dan Asia Center Japan Foundation meminta Restu untuk menghadirkan pertunjukan teater tradisional asal Indonesia. Kelompok teater tersebut kembali tampil saat festival musim panas di Toga, Jepang pada September 2015. Suzuki tertarik dengan penampilan mereka.
Restu dan Suzuki sepakat untuk menjalin kerja sama dalam dunia teater setelah menyaksikan penampilan aktor Indonesia. Suzuki bersedia untuk menyutradarai aktor-aktor teater Indonesia berbakat. Sementara Restu menjaring potensi-potensi di seluruh pelosok Indonesia melalui proses audisi. Audisi tersebut digelar pada awal Juni 2016 di Jakarta.
Banyak saja kendala untuk menemukan muka-muka baru dari berbagai daerah. Kendati demikian Restu tak pantang menyerah. Ia pun mendapatkan aktor dari berbagai daerah yang bisa merepresentasikan wilayahnya. Dari 48 aktor, 13 aktor akan turut serta dalam pertunjukkan teater Dionysus yang akan disutradarai oleh Suzuki.
Pertunjukkan ini cukup spesial. Hal tersebut terjadi lantaran pertunjukkan teater kontemporer ini dipersiapkan selama tiga tahun. “Setiap tahunnya kita selalu melakukan empat kali evaluasi. Dua kali di Jepang dua kali di Indonesia,” terangnya. Keistimewaan lainnya yang terdapat di pertunjukan tersebut adalah penggunaan berbagai bahasa daerah.
Sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan, Indonesia memiliki 742 bahasa daerah, yang disebut dengan bahasa Nusantara. Nah, pertunjukkan teater Dionysus ini akhirnya mengangkat 11 bahasa daerah di antaranya Bahasa Batak Karo, Rejang, Madura, Manado, Sunda, dan Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan pun menggunakan tiga dialek yakni Jogjakarta Surakarta, dan Banyumas.
Mulanya naskah Dionysus diterjemahkan dari Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia. Selanjutnya Restu meminta aktor-aktor tersebut menerjemahkan naskah dari Bahasa Indonesia ke bahasa ibu mereka masing-masing. “Naskah yang telah diterjemahkan tersebut kemudian dikoreksi oleh ahli bahasa daerah supaya kosa kata dan pelafalannya benar,” demikian Restu menjelaskan. Selain bahasa daerah, pertunjukkan ini juga menghadirkan aktor-aktor penutur Bahasa Jepang dan Bahasa Tiongkok.
Pertunjukkan tersebut akan mengombinasikan bahasa daerah dan musik tradisional. Komposer Jepang, Midori Takada selaku penata musik menghadirkan gubahan baru lagu Dionysus dengan mengilah unsur musik tradisional seperti Gendang Rampai dari Aceh, Gamelan Balu, Serunai asal Minang, Rebab Sunda ataupun Kenong Jawa.
Produksi Dionsyus akan dipentaskan pertama kali (world premiere) di musim panas tahun ini, di Festival SCOT Summer Season 2018 (28 AAgustus – 2 September 2018) di Toga Art Park of Toyama Prefecture Jepang. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan di Indonesia di Teater Terbuka Candi Prambanan pada 29-30 September 2018. Diharapkan melalui kolaborasi tiga negara, para pekerja seni Indonesia akan terus berkembang dan melebarkan sayap hingga panggung mancanegara./ JOURNEY OF INDONESIA