Sedikit melawan arus, pada kwartal pertama di tahun 2020 ini Bro’s Studio bersama Bluesheep Entertainment mengisi bioskop tanah air lewat film bertema keluarga. Mengambil judul “Buku Harianku”, film ini mencoba jujur mengalirkan cerita yang sarat akan pesan yang dikemas lewat lagu sehingga menjadi tontonan yang sangat cocok untuk seluruh keluarga.
Cerita yang ditulis oleh A. Alim Sudio ini bercerita tentang Kila, anak berusia 8 tahun yang ceria, cerdas, kritis, namun keras kepala. Kila senang mencurahkan isi hati dengan menulis di buku harian. Suatu ketika, oleh ibunya Kila dititipkan sementara sekaligus mengisi masa liburan ke rumah kakeknya, Prapto Winoyo, di Desa Goalpara, Sukabumi.
Di desa yang asri tersebut Kila bertemu kembali dengan kawan lamanya, Rintik, yang diproteksi oleh ibunya karena menyandang disabilitas. Melalui penggunaan bahasa isyarat mereka berdua bisa lancar berkomunikasi dan menjadi sahabat.
Keceriaan Kila semakin bertambah karena mendapatkan teman-teman baru yang sebaya di desa tersebut. Bersama mereka menghabiskan waktu dengan bermain, bernyanyi riang, bahkan ikut latihan baris-berbaris dengan komando Kakek Prapto yang seorang pensiunan tentara. Kila yang biasa hidup diperkotaan, merasa senang dan betah tinggal bersama sang kakek, meski awalnya Kila merasa kesal dengan kakeknya karena apapun yang dilakukannya selalu salah dimata kakek Prapto.
Ternyata tanpa mereka sadari, keceriaan bermain di desa tersebut terusik oleh masalah yang ditimbulkan oleh seorang pengusaha properti bersama dua asistennya. Rasa penasaran dirinya dan kepedulian terhadap sekelilingnya, membuat Kila bersama teman-teman ciliknya berhasil menggagalkan akal bulus pengusaha tersebut untuk menjerat warga desa untuk menjual tanah mereka.
Tak hanya sampai disitu saja. Film ini cukup mengaduk-aduk perasaan dengan berbagai hal, seperti petualangan Kila bersama Rintik dan kawan-kawan lainnya. Terutama cerita Kila dengan orang-orang kesayangannya seperti kakek Prapto dan sang ibu.
Beberapa karakter di dalamnya menggambarkan prilaku positif dari setia karakter yang diperankan. Film yang dibintangi oleh Kila Putri Alam, Slamet Rahardjo Djarot, Widuri Puteri, Widi Mulia, dan Dwi Sasono ini menawarkan suatu paket komplit lengkap, antara anak dengan ayah, mertua dan menantu, kakek dengan cucu, ibu dan anaknya, suami dengan istri, dan juga konflik sesama anak.
“Ada kesedihan dan perasaan haru. Sangat menyentuh. Cocok sebagai tontonan anak dan dewasa. Jadi secara singkat film Buku Harianku ini bahan dasarnya adalah keluarga, sementara bumbunya adalah musikal,” ungkap Angling Sagaran selaku sutradara.
Sejak awal, film Buku Harianku sudah diisi oleh suara merdu dari penyanyi cilik Kila Putri Alam, Ya, Kila yang berusia 10 tahun itu adalah alumni Indonesian Idol Junior 2014. Selain bermain, Kila juga turut mengisi album soundtrack film ini yang berisi 10 lagu. Album yang diproduksi Bro’s Music ini sudah bisa didengarkan melalui berbagai platform musik digital karena telah diluncurkan sejak 14 Februari 2020.
Beberapa lagu dalam album tersebut, antara lain ‘Burung Parkit’, ‘Bahasa Isyarat’, dan ‘Buku Harianku’ yang menghadirkan duet Kila dengan aktor senior Slamet Rahardjo Djarot (71 tahun), pemeran Kakek Prapto.
Proyek film panjang perdana Bro’s Studio dan Bluesheep Entertainment ini aslinya memang berawal dari niat memproduksi album musik. Melihat ketertarikan Kila pada dunia akting, akhirnya disepakati untuk membuat pula sebuah film yang landasan ceritanya berdasarkan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Kila.
“Unsur utama film ini adalah lagu, di mana lagu-lagu tersebut ditulis untuk anak-anak, dengan bahasa anak-anak, dan aransemennya tetap dibuat menghibur untuk anak-anak. Setelah menonton filmnya, orang masih bisa menikmati lagu-lagunya. Hal tersebut membuat pengalaman menikmati Buku Harianku tidak berhenti cuma lewat film saja,”kata Andri Putra, salah satu eksekutif produser dari Bluesheep Entertainment kepada awak media di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, pada Senin (9/3).
Lewat lagu-lagu inilah, Kila juga menyampaikan pesan kepada penonton dengan memberikan beberapa nasihat lewat lagu. Banyak nilai-nilai yang ingin disampiakan di film ini, bagaimana caranya berani untuk meminta maaf, berterima kasih dan hormat kepada yang lebih tua, mengajarkan rasa empati dan mau mengakui kesalahan semuanya disampaikan di sini tanpa bersifat menggurui. Semuanya mengalir dengan cerita yang sederhana namun mudah untuk dipahami.
Bagaimana kedua sahabat ini seolah mengajarkan anak-anak lain, termasuk penonton untuk mau menerima berbagai perbedaan di dalam hidup sejak usia sedini mungkin. Ditunjukkan bagaimana anak-anak berteman dengan seseorang penyandang disabilitas. Lewat bahasa isyarat, Kila dan Rintik bisa lancar berkomunikasi satu sama lain hingga mereka semakin dekat sebagai seorang sahabat.
Seperti yang diakui oleh Dwi Sasono yang berperan sebagai ayah sekaligus sebagai seorang anak membuatnya terharu ketika menonton film ini. “Ini pertama kali posisi saya berperan sebagai bapak dan sebagai anak juga. Kakek Prapto ini tokoh Bapak, sosok yang saya idolakan. Dalam kehidupan nyata, saya tidak sempat untuk melakukan hal seperti ini kepada ayah saya,” ungkap Dwi Sasono haru.
Mirip yang diungkapkan sang suami, Widi Mulia sangat berharap dengan adanya film bertema keluarga ini. Apalagi film ini membawa dampak yang baik bagi penonton. “Sebagai seorang ibu, saya terus terang agak sulit kalau mau ajak nonton anak sulit banget sekarang. Saya harus memilih film mana yang cocok untuk ditonton anak-anak saya, selalu film ang nonton akan semakin banyak solusi tentang keluarga, contohnya tetang alzheimer ini. Jarang ada film yg dibuat ada dampaknya, buat saya sebagai ibu senang sekali dengan dampak dari film ini,” pungkas Widi.
Sementara Slamet Rahardjo Djarot mengatakan bahwa film ini bukan film anak-anak, ini adalah film keluarga. “Ya, ini film keluarga yang dibintangi oleh anak-anak. Tapi lihat saja jalan cerita dan pesan yang disampaikannya, semua rentang usia bisa menikmatinya,” ungkap Slamet.
Film yang akan tayang mulai tanggal 12 Maret 2020 ini juga melibatkan nama-nama lainnya seperti Gary Iskak, Ence Bagus, Wina Marrino, Tizza Radia, dan lain-lain. Jaga tanggal tayangnya, karena ini merupakan salah satu film terbaik di awal tahun 2020./ JOURNEY OF INDONESIA