BANYUWANGI — Sore yang cerah di kaki Gunung Ijen menjadi saksi ketika duo gitaris Dua Empat, Alvin Ghazalie dan Misi Lesar, membuka panggung BRI Jazz Gunung Series 3 Ijen di Amfiteater Taman Gandrung Terakota, Jiwa Jawa Resort, Sabtu (9/8). Hembusan angin sejuk dari perbukitan, aroma tanah basah, dan panorama alam terbuka menjadi latar alami bagi penampilan yang begitu intim.
Dibuka lewat denting gitar, mengawali pertemuan dengan nomor ‘From Friendship To Lovers’ dan ‘My Funny Guy’. Lagu-lagu dari album terbaru bertajuk Dua Empat itu segera menciptakan suasana hangat. “Senang bisa tampil di Ijen, bisa menghirup udara segar yang tidak ada di kota,” sapa Alvin dari panggung, disambut tepuk tangan penonton.
Tidak seperti biasanya, kali ini Dua Empat tampil dengan format full set yang memboyong sembilan musisi sekaligus. Selain Alvin dan Misi hadir juga contrabass, drum, empat horn (clarinet, flute, tenor saxophone, trumpet), serta vokalis Marini Nainggolan.

“Format ini yang paling besar yang pernah kita bawakan di seluruh festival. Sejak album ini rilis, kalau ada gigs, kita usahakan tampil dengan format ini supaya lebih merepresentasikan albumnya secara penuh,” ujar Alvin.
Penyesuaian aransemen pun menjadi tantangan tersendiri. Beberapa lagu ditulis ulang agar sejalan dengan kekuatan format besar. Bagi Alvin dan Misi, hal ini penting supaya apa yang terdengar di studio bisa hadir utuh di atas panggung.
Sepanjang penampilan, mereka membawakan deretan lagu dari album terbaru, seperti ‘Isn’t It Romantic?’, ‘Life Is Full Of Losses’, ‘Would You Be Mine?’, ataupun ‘Sunshine Serenade’. Tak ketinggalan, beberapa karya dari album sebelumnya seperti ‘Siladen’ dan ‘For A Moment’ juga ikut dihadirkan.
Album Dua Empat sendiri disebut Misi sebagai kumpulan kisah personal yang memotret pikiran dan pengalaman mereka. “Secara aransemen dan komposisi, ini sangat personal. Cerita liriknya pun begitu,” ujarnya. Alvin menambahkan, “Kalau ingin tahu seperti apa Dua Empat, album ini menggambarkan isi kepala kami.”

Permainan gitar yang saling mengisi menjadi fondasi utama aransemen, diperkuat oleh contrabass yang kokoh dan groove yang dinamis. Flute menghadirkan nuansa jazzy yang lembut, sementara horn section memberi warna penuh energi.
Bagi duo asal Jakarta ini, tampil di Jazz Gunung selalu menjadi momen yang ditunggu. “Experience nya selalu seru, intimate, dan musik kita cocok dengan vibes yang intimate,” kata Misi. Lokasi alam terbuka menambah dimensi pengalaman, bukan hanya bagi penonton, tetapi juga bagi mereka sebagai musisi.
Menutup penampilan, mereka membawakan ‘Piccadilly’ dan ‘Happiness Under Your Nose’, dua komposisi lembut yang selaras dengan matahari sore yang mulai condong ke barat. Suara gitar dan hembusan angin gunung seolah berpadu, meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang hadir./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk