JAKARTA — Pasar halal dunia diperkirakan akan terus tumbuh pesat, seiring meningkatnya populasi Muslim dan semakin banyaknya konsumen non-Muslim yang mencari produk aman, berkualitas, serta berstandar etis. Laporan State of the Global Islamic Economy 2023 menyebut, nilai industri halal global telah melampaui 2 triliun dollar AS, mencakup makanan, minuman, kosmetik, farmasi, hingga pariwisata halal.
Indonesia, dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki peluang besar untuk menjadi pusat industri halal. Namun, agar mampu bersaing di pasar internasional, pelaku usaha termasuk UMKM perlu meningkatkan mutu produk, memahami tren konsumen global, serta memperkuat strategi branding.
Kepala Pusat Industri Halal Kementerian Perindustrian, Kris Sasono Ngudi Wibowo, menegaskan pemerintah terus berupaya memperkuat ekosistem halal nasional. “Kondisi industri halal Indonesia hari ini sudah ada 140.942 industri halal yang mencatatkan diri dan mensertifikasi produknya. Mudah-mudahan tahun depan bisa di atas 150.000, didominasi oleh makanan dan minuman, diikuti farmasi dan produk terkait lainnya,” ujarnya.
Sebagai bagian dari rangkaian Halal Indo 2025 yang akan digelar pada 25–28 September di ICE BSD City, Tangerang, Dyandra Promosindo bersama Kementerian Perindustrian mengadakan Business Coaching Halal Indo sepanjang Agustus 2025. Program ini menghadirkan pakar industri halal, pelaku ekspor, hingga praktisi digital marketing untuk membekali UMKM agar mampu menembus pasar global.
Project Manager Halal Indo 2025, Ismi Puspita, menyebut coaching ini sebagai langkah nyata untuk memperkuat daya saing pelaku usaha lokal. “Kami ingin membekali mereka agar tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga berkembang dan menjadi pemain utama dalam industri halal dunia,” katanya.
Strategi Go Global: Sertifikasi hingga Digitalisasi
Salah satu pembicara, CEO & Co-Founder Sa’adah Global, Ahmad Soffian, menekankan pentingnya sertifikasi halal sebagai pintu masuk ke pasar global. Menurutnya, logo halal bukan sekadar identitas agama, melainkan jaminan mutu dan kepercayaan konsumen. “Kenapa sertifikasi halal penting? Pertama adalah trust atau kepercayaan konsumen. Logo halal membuat produk dipercaya bersih, aman dikonsumsi, dan berkualitas tinggi. Bahkan di negara non-Muslim, sertifikasi halal diakui sebagai standar kebersihan dan keamanan,” jelasnya.
Soffian juga memaparkan strategi membangun branding halal global. Mulai dari riset pasar untuk memahami selera konsumen di negara tujuan, brand storytelling dengan narasi budaya Indonesia, sertifikasi internasional seperti ISO dan HACCP, hingga pemanfaatan digital marketing dan kemitraan strategis dengan distributor global. “Peluang produk Indonesia sangat luas. Brand halal berstandar global mampu meningkatkan daya saing, membuka pasar baru, sekaligus menciptakan trust global. Storytelling dan positioning yang tepat akan memberikan nilai tambah premium bagi produk Indonesia,” tegasnya.
Sepanjang Agustus 2025, Business Coaching Halal Indo mengangkat berbagai tema, mulai dari regulasi sertifikasi halal, strategi digital ekspor, hingga pemberdayaan UMKM. Beberapa narasumber yang hadir antara lain Agung Harris Setiawan (Atase Perdagangan Canberra), Raymond (COO & Co-Founder Export Expert Indonesia), Fikrie Aldjoeffry (Founder Riset Pasar Ekspor), serta Yuliana Zahra Mega (CEO PT Halal Digital International).
Pada sesi terakhir, Ahmad Soffian kembali hadir dengan tema Menembus Pasar Ekspor: Membangun Brand Halal, menutup rangkaian diskusi yang menjadi pijakan bagi UMKM Indonesia menuju pasar halal global./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk