Ada yang menarik ketika Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil hadir untuk mendukung deklarasi sekolah toleransi di SMA Negeri 1 Kota Cimahi pada kegiatan Siaran Keliling (Sarling) Jabar di Kota Cimahi, Selasa (13/12/2022) pekan silam.
Menariknya di sela waktu sosialisasi kepada siswa untuk memberikan perlindungan dari ancaman perundungan, hadir pula Woman Self Defense of Koporyu (WSDK) Indonesia yang merupakan sebuah wadah bela diri praktis khusus perempuan yang berasal dari Kopo, Bandung, Jawa Barat.
Dipimpin oleh Eko Hendrawan selaku Co-Founder WSDK & KJI bersama para mentor di WSDK yang mayoritas adalah kaum hawa memberikan Pelatihan dan Pembekalan Konsep Beladiri praktis bagi perempuan di SMAN 1 Cimahi selama 2 hari yakni pada 12 Desember 2022. Dan pada puncak acara keesokan harinya, di depan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil beserta rombongan, WSDK sekalian unjuk kebolehan dalam penerapan beladiri yang ringan khususnya bagi para perempuan.
Tak hanya itu, Eko Hendrawan juga mengajak keseluruhan peserta yang hadir di SMAN 1 Cimahi untuk mengikuti satu dua gerakan bela diri yang mudah diaplikasikan pada kejadian-kejadian tertentu.
Di acara ini, WSDK juga memberikan penghargaan kepada Atalia Praratya berupa DAN Kehormatan Kyoren Yudansha WSDK atas dedikasinya dalam Pemberdayaan Perempuan khususnya di wilayah Jawa Barat. Tak hanya itu, Nina Nugroho selaku founder dari gerakan #AkuBerdaya turut memberikan uniform WSDK secara simbolis kepada istri Gubernur Jawa Barat tersebut.
Seusai kegiatan tersebut bertempat di Dojo WSDK. Ia sedikit menjelaskan bahwa WSDK terkumpul dari berbagai macam latar belakang. Ada yang tergabung karena ingin belajar bela diri di usia yang tidak muda lagi, ada yang memang punya dasar bela diri sebelumnya, ada pula yang memiliki latar belakang pernah mendapatkan kekerasan.
Terkait kolaborasinya WSDK pada kegiatan Sarling Jabar di SMAN 1 Cimahi merupakan usaha WSDK untuk memperkenalkan diri ke sekolah-sekolah. Diharapkan kesadaran bagi para pelajar khususnya siswi untuk memiliki kemampuan bela diri.
WSDK sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang agar dikenal diseluruh sekolah-sekolah khususnya di Jawa Barat. “Ini menjadi konsentrasi kita terhadap banyaknya kekerasan terhadap perempuan, terutama remaja. Ini juga menjadi sebuah hal yang luar biasa, seperti fenomena gunung es. Banyak yang tidak terekspos,” ungkap Eko.
“Ini juga termasuk dengan kasus bullying yang menjadi concern utama WSDK. karena hal ini cukup berdampak luas terhadap mental anak yang menerima tekanan sseperti kasus pembulian. Jadi kita mengharapkan pelajar dapat mengatakan tidak dan mampu melakukan sesuatu jika dia dalam keadaan seperti itu. Yang penting ada keberanian untuk melawan”, sebut Eko Hendrawan kembali.
Selain itu tingkat kekerasan yang dialami oleh pelajar khususnya perempuan tidak hanya verbal saja, tapi juga melalui motif lain seperti ancaman, lisan, tulisan dan lainnya.
“Harapannya bagi WSDK adalah kita dapat memberikan pembekalan bagi para generasi muda, khusunya perempuan untuk memiliki konsep beladiri. Kemudian setelah mereka paham dengan beladiri, bagi yang berminat untuk lebih mengeksplor kemampuannya dapat mengambil jalur prestasi lewat federasi yang mewadahi WSDK sendiri”, ujar Eko.
Sementara itu, keterlibatan gerakan #akuberdaya oleh Nina Nugroho disebutkan tak lain karena melihat WSDK memiliki pandangan yang sama terhadap perempuan. “Pada dasarnya tujuan kita sama walau dengan cara yang berbeda. Kalau WSDK melalui Women Self Defence atau Beladiri Praktis Khusus Perempuan sedangkan #aku berdaya lebih kepada meningkatkan keberdayaan perempuan.
Nina menyebutkan bahwa WSDK merupakan sebuah kegitan yang sangat penting diperkenalkan kepada masyarakat indonesia khususnya perempuan. Pengaruh seni beladiri ini banyak sekali terutama pada keberdayaan perempuan. Apalagi saya yakin ketika diperkenalkan kepada perempuan maka akan lahir keberdayaan lainnya yang mengikuti.
“Saya berterima kasih kepada mas Eko dan tim. WSDK telah menularkan kegiatan baik pada perempuan di Indonesia khususnya Jawa Barat. WSDK sendiri telah membangun kesadaran bahwa perempuan itu bisa, baik untuk pertahanan diri, membela diri, bisa berkata tidak dan dapat lebih berdaya”, ujarnya.
Nina juga menambahkan bahwa kehadirannya secara khusu dikegiatan WSDK pada Sarling di SMAN 1 Cimahi adalah untuk melihat langsung kegiatan WSDK juga merasakan vibes-nya. “Saya mendengar sendiri bagaimana perempuan-perempuan yang telah bergabung di WSDK ini akhirnya memiliki perbaikan konsep diri. “Hidup mereka sesuai dengan konsep #akuberdaya yang kami jalankan. Bagaimana perempuan=perempuan disini akhirnya mampu bangkit secara finasial, pola pikir luas dan cermat dalam melihat sesuatu,” urai Nina.
Nina Nogroho sendiri sebelum ini telah mensupport WSDK dengan uniform kepada para instruktur untuk tampil lebih berkarakter lagi.
WSDK sendiri terbentuk sejak tahun 2006 oleh Sofyan Hambally yang resah akan peningkatan kejahatan pada perempuan. Gerakan teknik yang diajarkan diadopsi dari Karate dan Ju-Jitsu, yang kemudian dimodifikasi dengan gerakan dan benda sehari-hari yang biasa dibawa. Ia berpegang teguh pada kutipan yang diciptakannya, “Lembut bukan berarti lemah. Didalam kelembutan tersimpan kekuatan”./ JOURNEY OF INDONESIA