Nama Yulisa Baramuli tentunya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Minahasa Utara, Manado, Sulawesi. Yulisa pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Minahasa Utara periode tahun 2010-2015. Ia juga pernah menerima penghargaan dari Kementrian Urusan Peranan Wanita sebagai salah satu Kartini terbaik Indonesia.
Wanita kelahiran Manado, 12 Juli 1968 ini, mengawali karirnya sebagai pengusaha yang concern untuk memajukan tanah kelahirannya. Jiwa enterpreneurship yang melekat pada dirinya membuat Yulisa ingin mengembangkan industri pariwisata di Minahasa Utara, khususnya daerah pesisir dan pegunungan.
Sebagai pengusaha yang sudah hidup berkecukupan, tidak membuat dirinya puas hanya berdiam diri. Duduk sebagai Ketua DPP Partai NasDem Bidang Eksternal membuatnya selalu memperhatikan dan memperjuangkan hak masyarakat terutama Sulawesi Utara. “Kalau hanya untuk kepentingan diri sendiri, sebagai pengusaha saya sudah berkecukupan, tetapi bukan itu tujuan saya,” kata Yulisa Baramuli dalam siaran persnya.
Di era milenial ini tidak hanya sistem dan budaya yang sudah berubah, bahkan peradaban pun mulai memasuki babak baru, Yulisa yang tahun depan maju sebagai Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) DPR RI dari Daerah Pemilihan Sulawesi Utara pada Pesta Demokrasi tahun 2019 mendatang ingin memperjuangkan para para pekerja migran yang bekerja di luar negeri tidak perlu lagi mencari uang di negeri orang.
Menurut Yulisa, mereka yang kerap disebut Buruh Migran ini adalah pekerja, dan sudah banyak jadi pelaku ekonomi kreatif, model profesional, desainer, fotografer sampai penyanyi dan DJ, bahkan tidak sedikit dari mereka sudah jadi pengusaha. Jadi menurut Yulisa tidak patut jika kita sebagai sesama warga negara menyepelekan hasil kerja mereka dengan sebutan buruh.
“Mereka ini saya sebut Pekerja bukan buruh, dengan kata lain saya sebut Pemuda Migran Indonesia (PMI). Mengapa 2019 ini kita tidak mengkonkritkan saja PMI sebagai singkatan Pemuda Migran Indonesia sebagai Duta Wisata dan Garda Bangsa,” papar wanita berusia 49 tahun ini.
Pengalaman para PMI yang pernah dituangkan dalam sebuah buku “Saya Bangga Jadi TKW” membuat Yulisa Baramuli terkesima. Bagaimana tidak para PMI yang hampir 10-15 tahun berinteraksi dan berkomunikasi dengan bangsa lain ini membuatnya bangga dengan keberhasilan mereka di negeri orang. Sehingga membuatnya ingin memfalitasi usaha mereka dengan aplikasi khusus agar mudah menjangkau pasar dunia bukan hanya di lokal saja.
Dengan hastag #AyoPulangJadiPengusaha menjadi Be Indonesian Smart n Active yang disingkat BISA, Yulisa juga ingin merangkul mereka sebagai sahabat #SayaSahabatPemudaMigran. “Saya siap fasilitasi usaha mereka sebagai startup dengan aplikasi khusus dimana mereka dengan mudah menjangkau pasar dunia tidak hanya lokal,” jelasnya optimis.
Dengan kedua hastag tersebut, Yulisa juga memperjuangan tiga isu sampai ia dilantik menjadi anggota legislatif periode mendatang. Isu yang akan diperjuangkannya adalah menggerakkan Pemuda Migran sebagai Social Preneur Indonesia, menggagas Pemuda Migran Hong Kong dan Macau yang cerdas dan aktif untuk melanjutkan Revolusi Mental, serta sebagai inisiator Pemuda Migran Care yang berbasis digital. “Ini semua adalah panggilan nurani untuk ikut serta membangun negeri,” pungkasnya./ JOURNEYOFINDONESIA