Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) dalam kegiatan Press Tour & Seminar Series: Bandung, Kuningan dan Cirebon berkesempatan mengunjungi desa Wisata Cibuntu. Dalam kunjungannya di Desa Cibuntu, para anggota Forwaparekraf disambut oleh Kepala Desa Cibuntu H. Awam.
Berada dibawah kaki Gunung Ciremai, desa wisata Cibuntu merupakan desa yang berada di Kabupaten Kuningan dan berbasis mengangkat pemberdayaan masyarakatnya.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Cibuntu, H. Awam mengatakan bahwa keadaan yang diraih desa ini adalah berkah dan anugerah bagi desa mereka. Itu merupakan kebanggaan bagi masyarakat di desa Cibuntu. Cibuntu juga mendapatkan predikat dari Kementerian Pariwisata menjadi desa terbaik kedua di Indonesia sebagai desa wisata.
“Tanpa menguntungkan masyarakat, tanpa kami berusaha untuk kesejahteraan masyarakat, apa gunanya menjadi desa wisata. Yang paling penting adalah bagi saya, apapun Insya Allah masyarakat harus tetap di nomorsatukan,” ujarnya pada saat menerima kunjungan Forwaparekraf, Jumat (28/8).
Awam menambahkan, Desa Cibuntu hanya menampilkan kesederhanaan. Disini masih banyak peninggalan-peninggalan bersejarah megalitikum, neolitikum, tempat petilasan, arca dan sebagainya. Selain itu, desa Cibuntu juga siap untuk menerima wisatawan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditentukan.
“Kami cukup bangga menjadi bagian dari Desa Wisata Cibuntu yang memiliki daya tarik bukan karena hiasan saja yang mempercantiknya, akan tetapi pembinaan berkesinambungan dan komitmen komunitas masyarakatnya dalam menjaga keberadaan Desa Wisata Cibuntu yang jadi kekuatan utama. Masyarakat Desa Wisata Cibuntu pun selalu menjaga Sapta Pesona sebagai acuan mengelola keberlangsungan Desa Wisata ini,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Forwaparekraf, Johan Sompotan memberikan pujian terhadap Desa Wisata Cibuntu yang pernah menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia maupun Asia Tenggara.
“Kami terpesona dengan sambutan hangat Desa Wisata Cibuntu. Kenapa kami pilih Desa Wisata Cibuntu, karena Desa Wisata ini telah menerapkan protokol kesehatan yang baik, kondisinya yang merupakan kawasan wisata luar ruang sehingga punya resiko penyebaran Covid-19 yang rendah dan tentunya telah siap menerima kehadiran wisatawan dari berbagai tempat karena sudah terjamin kualitasnya yang telah diakui di Indonesia maupun Asia Tenggara,” ungkap Johan.
Untuk menuju lokasi ini, jika anda pergi dari Cirebon, maka rute yang dilalui adalah melalui Cirebon – Sumber (Plangon) – Mandirancan – Paniis – Cibuntu yang berjarak sekitar 30 km. Suasana desa yang asri, bersih, sejuk udaranya, indah, ramah tamah penduduknya, membuat pengunjung betah berwisata ke Desa Cibuntu.
Wisatawan juga dapat menyaksikan kesenian dari bambu seperti angklung, calung, seruling di saung di Pojok Awi. Bisa juga melihat peternakan domba, Desa Cibuntu yang memiliki Kampung Domba. Dari jauh, sepintas mirip rumah-rumah penduduk. Padahal itu kandang domba yang beratapkan genting dari tanah liat.
Atau jika ingin melihat situs-situs megalitikum dan situs peninggalan kerajaan dapat langsung menetapkan hari untuk berkunjung kesini.
Selain itu, ada mata air “Ci Kahuripan”. Ci artinya air, Kahuripan artinya hidup. Air tersebut aman diminum langsung. Tak jauh dari mata air tersebut, ada kawasan konservasi bambu petung. Di kawasan konservasi, wisatawan dapat menjumpai air terjun. Namun, saat kemarau, debit airnya sedikit.
Tertarik untuk bermalam di sini, tak perlu khawatir. Di Cibuntu ada 60 homestay yang merupakan rumah warga. Bahkan ada homestay di Cibuntu yang mendapat penghargaan homestay terbaik tingkat ASEAN dengan biayanya Rp100 ribu per orang per malam. Harga tersebut belum termasuk biaya makan.
Selain homestay, ada pula camping ground. Uniknya, di areal camping ground tersebut ada kolam renang yang airnya berasal dari Gunung Ciremai. Untuk sewa tenda, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 100 ribu per tenda./ JOURNEY OF INDONESIA