JAKARTA – Suasana meriah tampak terpancar dari setiap wajah yang datang di hari pertama gelaran Lintas Melawai Vol. 2 Golden Era yang di mulai pada tanggal 11 hingga 13 Oktober 2024 mendatang yang mengambil lokasi di Taman Kota Peruri Melawai, sebuah ruang terbuka hijau di kawasan Jakarta Selatan.
Lintas Melawai sendiri adalah sebuah istilah yang digunakan pada tahun 80-an untuk kegiatan melintasi Melawai Plaza sebuah pusat perbelanjaan yang berada di daerah Blok M, Jakarta Selatan. Anak muda ketika itu gemar melakukan Lintas Melawai dari mulai sekedar nongkrong sambil melihat mobil yang lewat ataupun malah menjadi ajang pamer kendaraan dengan berkeliling melewati kawasan melawai.
Hari pertama gelaran ajang ini menghadirkan Pasha Chrisye, Sandro Tobing, kang Fawzi, Pancaran Sinar Petromaks, Denny Malik Entertainment, Barry Likumahuwa dan Fariz RM Anthology. Nama-nama yang cukup menjanjikan ini terus terang cukup menjadi daya tarik hadirnya para penonton yang mengalami era kejayaan di tahun 80 an tersebut.
Kehadiran Pasha Chrisye, musisi sekaligus putra bungsu mendiang Chrisye sedikit banyak menjadi pengobat rindu terhadap kehadiran sang legenda. Pasha mengajak para penonton bernostalgia dengan lagu-lagu sang ayah lewat lagu diantaranya ‘Seperti yang Kau Minta’, ‘Kisah Cintaku’ ataupun ‘Pergilah Kasih’.
Seperti yang diduga, walau tak sedalam sang ayah, Pasha mampu membawa penonton untuk ikut bernyanyi mengikuti syair yang dinyanyikannya. Pasha juga mencoba berinteraksi dengan penonton dan mencoba mencuri momen dengan menyanyikan single terbarunya yang berjudul ‘Kuingin Kamu’. Kehadirannya ditutup lewat lagu ‘Kisah Kasih di Sekolah’ yang memasukkan suara sang ayah seolah mengajak Chrisye “duet” di atas panggung.
Setelah Pasha silam, panggung langsung diisi oleh kehadiran Sandro Tobing. Mungkin banyak yang pangling dengan tampilan Sandro saat ini. “Apakabar semuanya, semoga senang dan bisa bernostalgia kembali kita disini yaaaa?,” sapa Sandro Tobing kepada setiap yang hadir. Lalu beberapa buah lagu ditampilkannya lewat suaranya khas nya yang tak pernah berubah. Salah satu lagu yang dinyanyikannya adalah lagu ‘Nuansa Kasih’ miliknya yang hits pada tahun 1989 silam yang diikuti oleh semua yang hadir.
Kehadiran Ikang Fawzy juga merupakan hal penting yang cukup ditunggu. Ikang yang baru saja kehilangan sang istri tercinta ini tampak profesional dalam menyikapi kedukaan yang dialaminya. Begitu masuk panggung, gaya khasnya. Panggung ia buka lewat lagu ‘Catatan Si Boy’ yang langsung saja membuat suasana menghangat.
Ditemani anak-anaknya Chikita dan Isabella serta keluarga besarnya, Ikang tampak tak segan untuk berbaur ke area penonton, bernyanyi dan berinteraksi dengan mereka. “Saya cukup sehat, dan terima kasih atas dukungannya. Cuma bantu saya untuk menyanyikan lagu ini yaa… karena bisa bikin saya nangis,” ungkapnya haru.
Maka tak lama kemudian mengalunlah lagu ‘Salam Terakhir’ yang ditujukannya kepada mendiang Marissa Haque, sang istri. Lepas itu, Ikang Fawzy mencoba mengangkat lagi semangatnya lewat lagu ‘Permata Hitam’, ‘Gebyar Gebyar’ dan ditutupnya lewat lagu ‘Preman’.
Kemeriahan terus berlangsung tanpa henti dengan hadirnya OM. Pancaran Sinar Patromak (PSP) lewat hitsnya yang bikin semua bergoyang. Kehadiran Omen, Rojali, Dindin, Monos serta pendukung lainnya menjadikan malam kemarin semakin berwarna. Dibuka lewat lagu ‘My Bonnie’, OM. PSP seperti mengembalikan waktu ke era lampau. “Kami muncul sewaktu menjadi mahasiswa dan lagu-lagu melayu merajai panggung musik tanah air yang identik dengan OM atau Orkes Melayu. Namun kami juga hadir dengan memakai istilah OM yang merupakan kependekan dari Orkes Moral Pancaran Sinar Patromak,” ungkap Omen.
Selanjutnya panggung dihangatkan lewat hits mereka diantaranya seperti ‘Balada John Lennon’, ‘Gaya Mahasiswa’, ‘Kidung’ dan yang sangat melegenda lagu ‘Fatimah’.
Hari semakin malam, namun tak menyurutkan kemeriahan malam itu, hadirnya penampil lainnya seperti Denny Malik Entertainment, Barry Likumahuwa dan Fariz RM Anthology cukup memuaskan semua penonton yang hadir malam itu.
Helmy Yahya yang merupakan salah satu penggagas festival ini, menyatakan bahwa Lintas Melawai diciptakan sebagai wadah ekspresi bagi semua kalangan, merayakan nostalgia era 1980-an yang tak lekang oleh waktu. “Festival ini mengangkat kembali warisan budaya Indonesia di era 1980-an dan menyajikannya kepada generasi Z serta masyarakat luas,” ujarnya. Di tengah tren generasi muda yang semakin menggemari musik-musik lawas, festival ini menjadi jembatan penghubung lintas generasi.
Generasi muda kini kembali jatuh cinta dengan hits dari musisi legendaris seperti Fariz RM, Utha Likumahuwa, dan Keenan Nasution. “Mereka menyukai nuansa retro, meskipun terkadang aransemennya mengalami sentuhan modern,” tambah Helmy.
Untuk hari kedua akan hadir musisi lain diantaranya KLA Project, Libels, Ita Purnamasari dan hari ketiga ada Achmad Albar & Ian Antono, Kadri Karmila, Karimata, dan lain-lain.
Acara ini juga bisa dihadiri oleh umum, dan bisa membeli tiket On The Spot dengan perincian harga sebagai berikut: – Festival: 1 Day Pass: Rp350.000 | 3 Days Pass: Rp900.000 – VIP 1A dan 1B: 1 Day Pass: Rp1.200.000 | 3 Days Pass: Rp3.000.000 – VIP 2: 1 Day Pass: Rp1.000.000 | 3 Days Pass: Rp2.700.000./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk