Jika anda penikmat kopi dan tengah berlibur ke Bali, saran kami sempatkanlah diri anda untuk bertandang ke Satria Agrowisata yang berlokasi di pegunungan Kintamani di Desa Basang Ambuh, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Kintamani, Bali. Berada pada ketinggian 900 mdpl, temperatur dingin mencapai 23 derajat celcius dan karakteristik tanah yang cocok menjadikan kopi disini lebih unggul.
Bukan main nikmatnya menyeruput berbagai jenis kopi di tempat ini karena pengunjung benar-benar di manja dengan udara sejuk dan keindahan alamnya yang luar biasa menakjubkan. Berwisata ke sini, pengunjung juga akan diberikan berbagai informasi dan juga pembelajaran dari A sampai Z secara langsung apapun mengenai kopi.
Seperti yang disampaikan oleh Dewa Made Juliartawan, sebagai pengelola Satria Agrowisata bahwa di tempat ini dibagi dalam 3 jenis yakni, Arabika, Robusta dan Luwak. “Kopi Arabika berasal dari Basang Ambuh dekat dengan Gunung Kintamani. Bahkan, disini kami menyediakan lahan sekitar 5 hektar untuk menghasilkan Kopi Luwak. Ada 3 jenis luwak yang hidup di Satria Agrowisata yakni Luwak Pandan, Luwak Injin (Hitam), dan Luwak Ketan (Cokelat).
“Semua luwak hidup bebas dan normal untuk mendapatkan hasil yang baik,” ungkapnya pada Journey of Indonesia di Bali, Kamis (6/9/2018).
Ia juga menambahkan, sebagai produk primadona, Kopi Luwak harus melalui proses yang sangat seksasama. Setelah di panen, maka biji kopi terlebih dahulu dicuci dengan air panas untuk menghilangkan kotoran dan dijemur selama 3 hari. Hal ini dimaksudkan agar saat proses sangrai biji kopi tidak akan sulit di masak.
Lepas 3 hari biji kopi di sangrai selama 40 menit untuk ukuran 1 kilogram. Setelah matang maka biji kopi di tumbuk tanpa menggunakan mesin. Fungsinya adalah agar aroma khas nya keluar, berbeda dengan menggunakan mesin. Selanjutnya di saring hingga halus. Dalam proses sangrai, suhu harus di jaga antara 30-40 derajat celsius.
“Proses sangrai harus dilakukan perlahan agar proses pematangan kopi bisa merata hingga ke dalam dan saat sangrai pemutaran harus dilakukan searah karena akan berpengaruh pada aroma dan rasa kopi itu sendiri,” bebernya.
Informasi selanjutnya yang diberikan oleh Juliartawan adalah mengenai Kopi Arabika yang ternyata memiliki 2 tipe yaitu Arabika Betina yang menurutnya memiliki karakter biji kopi yang datar dan biji kecil. Untuk Arabika Jantan lebih tajam serta mempunyai kadar caffein lebih tinggi dan pekat serta biji kopi lebih besar.
Untuk Kopi Luwak, kadar caffeine-nya lebih rendah tapi memiliki protein lebih tinggi dan bagus buat kesehatan seperti kolesterol dan kanker.
“Sebenarnya paling pas datang kesini pada saat bulan panen, karena bisa melihat proses pengambilan kopi hingga proses pemasakan kopi,” ungkapnya.
Di Bali sendiri terdapat beragam jenis rasa kopi yang dihasilkan seperti Vanilla, Moka, Gingseng, dan rasa kopi Bali asli. Untuk masa panen kopi dalam satu tahun dua bulan sekali yakni di bulan Juni dan Desember.
“Sehari bisa mencapai 1.000 wisatawan, paling banyak Rusia, lalu Eropa, China, India dan wisatawan lokal. Paling ramai Juli, Agustus dan Desember bisa mencapai 1.500 wisatawan,” tambahnya.
Kenikmatan minum kopi di sini juga dirasakan oleh Moritz (32) wisatawan asal Jerman. “Saya tidak begitu ahli dalam hal kopi, namun saya akui kalau kopi dari Indonesia sangat enak. Menikmati kopi disini juga berbeda, karena langsung menyatu dengan alam yang indah,” sampainya.
Satu hal yang menjadi nilai tambah yang dapat kita jumpai di Satria Agrowisata ini adalah kebersihan dan sanitasi yang begitu sangat diperhatikan. Juga para SDM yang dengan sigap membantu pengunjung dengansegala informasi mengenai tempat ini.
Sebelum meninggalkan Satria Agrowisata, pengunjung dapat berbelanja untuk membawa buah tangan berupa berbagai macam kopi kemasan yang asli di kelola di Satria Agrowisata ini. Tentunya dengan harga yang bersahabat, dan dipastikan anda akan lebih mencintai kopi asli nusantara khususnya Bali./ JOURNEY OF INDONESIA