Kanker payudara masih menjadi momok bagi perempuan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Ditengarai bahwa penyakit ini merupakan kanker yang paling banyak ditemukan pada perempuan dan menjadi penyebab kematian kanker tertinggi pada wanita Indonesia mencapai 21,4%1. Kanker payudara memiliki angka kematian yang tinggi jika tidak terdeteksi secara dini sekitar.
Disebutkan bahwa HER2-positif adalah salah satu jenis kanker payudara dimana pasien dinyatakan positif protein atau disebut human epidermal growth factor receptor 2 (HER2).
Terdapat 1 dari 5 pasien kanker payudara termasuk pada jenis HER2-positif. Oasien membutuhkan perawatan yang kompleks, baik dari sisi rumah sakit maupun dari sisi pengobatan. Bagi pasien, perawatan yang dilakukan dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, perusahaan penelitian dan pengembangan obat yang telah berjalan selama 30 tahun Roche, telah menjadi perusahaan terdepan yang bekerja pada jalur HER2. Roche berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan, kualitas hidup serta ketahanan hidup pasien baik pada kanker payudara HER2-positif stadium dini maupun stadium lanjut.
Sebelumnya perusahaan ini juga telah mengembangkan tiga obat inovatif yang mengubah standar pengobatan kanker payudara HER2-positif yaitu trastuzumab, pertuzumab dan trastuzumab emtansine.
Lucia Erniawati selaku Access, Comms & Health System Value Strategy Director Roche Indonesia, menekankan komitmen Roche untuk terus berinovasi guna menjawab kebutuhan kesehatan pasien yang belum terpenuhi.
“Kami di Roche berkomitmen untuk mengubah hidup pasien kanker payudara. Inovasi pengobatan ini merupakan salah satu langkah penting untuk mendefinisikan ulang standar penatalaksanaan pasien dengan kanker payudara HER2-positif yang dapat diberikan secara cepat, nyaman, dan hemat,” ujar Lucia pada saat media briefing “Kenali Kanker Payudara Jenis HER2-Positif dan Inovasi Terbaru dalam Penanganannya” di bilangan Setia Budi, Jakarta pada Jumat (21/7/2023)
Inovasi terbaru dari Roche adalah kombinasi pertuzumab+trastuzumab yang diberikan dalam bentuk suntikan tunggal. Untuk menentukan apakah seorang pasien perlu obat yang menyasar HER2 ditentukan melalui serangkaian pemeriksaan yang mengidentifikasi apakah seorang pasien bisa mendapatkan manfaat obat dalam penatalaksanaan kankernya.
Sejalan dengan hal tersebut untuk mengedukasi masyarakat mengenai kanker payudara khususnya jenis HER2-positif dan inovasi pengobatan terbaru, serta pentingnya pengobatan inovatif untuk memberikan penanganan kesehatan yang lebih baik.
Dalam paparannya, Dokter ahli onkologi, DR. Dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, FINASIM menjelaskan, perkembangan penatalaksanaan kanker payudara HER2-positif memberi harapan bagi pasien. Menggabungkan dua antibodi monoklonal (pertuzumab dan trastuzumab) dengan enzim hialuronidase dalam satu suntikan adalah terobosan yang revolusioner.
Selain memiliki manfaat klinis dan keamanan sebanding dengan obat yang diberikan melalui infus, penyuntikan yang hanya memakan waktu 8 menit untuk suntikan pertama dan 5 menit di injeksi berikutnya. “Ini lebih singkat dibandingkan pemberian infus Pertuzumab dan Trastuzumab yang memakan waktu hingga 150 menit. Kombinasi pertuzumab dan trastuzumab dalam satu suntikan ini ditujukan untuk pasien dengan kanker payudara HER2 positif stadium dini dan stadium metastatik dan untuk digunakan bersama dengan perawatan kemoterapi,” sebut dr Andhika.
Dirinya menambahkan bahwa HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) merupakan protein yang terdapat di permukaan sel yang berfungsi untuk pertumbuhan dan penyebaran sel. Jika jumlah HER2 terlalu banyak dapat mengakibatkan pertumbuhan sel yang cepat dan tidak terkendali. Pada sel kanker HER2 positif maka sel kanker menjadi lebih agresif dan menyebar dengan cepat.
“Kanker HER2 positif ditemukan pada 15–20% dari kanker payudara dan memiliki prognosis (perjalanan penyakit) yang buruk. Deteksi dini dan penatalaksanaan yang tepat terhadap kanker payudara HER2 positif menjadi sangat penting untuk memaksimalkan penanganannya,” ungkap dr Andhika.
Berdasarkan studi PHranceSCa, 85% pasien dengan kanker payudara HER2-positif lebih memilih terapi suntik subkutan pertuzumab+trastuzumab dengan dosis tetap dibandingkan pertuzumab+trastuzumab infus, karena merasa lebih nyaman selama pemberian obat dan hemat waktu, walaupun pemberian secara suntik sedikit lebih nyeri.
Pengobatan inovatif ini juga menguntungkan bagi tenaga kesehatan karena mengurangi waktu perawatan karena diberikan tanpa rekonstitusi, tanpa pelarutan, tanpa penyesuaian/perhitungan dosis sesuai berat badan pasien dan tanpa akses jalur infus seperti kemoport./ JOURNEY OF INDONESIA