Ada sebuah tradisi menarik yang ditemukan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar. Desa Tulungrejo ini dikenal memiliki nilai unggah ungguh atau tata krama yang dijunjung tinggi seperti kesopanan, rendah diri, saling menghargai, menghormati orang yang lebih tua. Tak hanya itu, nilai yang sangat dijunjung tinggi di desa ini adalah gotong royong.
“Gotong royong sendiri menjadi nilai yang sangat dijunjung disini karena dari nama desanya sendiri sudah mempresentasikan gotong royong dimana Tulung memiliki arti kata tolong dan Rejo memiliki arti bersama yang dimaksudkan saling tolong menolong”, ungkap Arief yang merupakan salah satu tokoh masyarakat.
Bertepatan dengan acara bersih desa, beberapa anggota Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya yang tengah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa ini berkesempatan menggali informasi dari beberapa tokoh masyarakat terkait sosial budaya dan adat istiadat di daerah ini.
Kegiatan ini merupakan rangkaian program KKN yang berlangsung dari tanggal 1 Juli-2 Agustus 2023. Tak kurang dari 14 ribu peserta KKN dari berbagai prodi dan fakultas terjun ke 1000 desa di Jawa Timur guna mengikuti kegiatan MMD.
Sebanyak 14 peserta yang tergabung dalam kelompok MMD 294 melakukan kegiatan KKN di desa Tulungrejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bertepatan dengan acara bersih desa, MMD 294 berkesempatan melihat secara langsung rangkaian adat bersih desa.
Nah, bersih desa sendiri menjadi adat turun temurun masyarakat Tulungrejo dari awal berdirinya desa Tulungrejo hingga sekarang. “Bersih desa adalah kegiatan yang dulu dipercaya oleh masyarakat Desa Tulungrejo sebagai kegiatan spiritual yang dipercaya dapat membersihkan desa dari sifat-sifat atau perbuatan serta penyakit yang ada di Desa Tulungrejo”, ucap Tarmuji, Kepala Desa di Desa Tulungrejo.
Semangat gotong royong akan makin semakinn kental jika ada tetangga setempat uang ingin membangun rumah. Seperti pembangunan rumah yang diadakan oleh koramil lewat program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), disini banyak masyarakat yang ikut andil untuk turut membantu membangun.
“Selain gotong royong, kesopanan terhadap sesama menjadi nilai sosial yang dijunjung tinggi. Ada tata cara atau tahap seperti mendatangi rumahnya secara langsung lalu berbincang sedikit saat mau membicarakan hal yang dituju,” tambahnya lagi.
Tarmuji melanjutkan agar tidak lupa ucapkan “nuwun sewu aku arep repot” yang memiliki arti maaf aku mau merepotkan kamu dan menjelaskan apa tujuannya itu dilakukan oleh masyarakat mungkin dulu langsung berkunjung kerumah namun sekarang orang menggunakan via whatsapp.
Tradisi ini diawali ketika sekitar tahun 1919 desa Tulungrejo terkena wabah yang menyebabkan banyaknya kematian. Saat itu desa ini masih menganut kepercayaan lama, dan oleh tetua desa di amanatkan ke warga untuk melakukan bersih desa. Lewat kepercayaan jika tidak adanya penyakit atau sifat-sifat jelek desa maka masyarakat desa akan sehat dan selalu terjaga.
“Pada saat ini kegiatan Bersih Desa tetap dilakukan di setiap tahunnya namun rangkaiannya dilakukan semata menjaga warisan adat yang diajarkan ke antar generasi. Dulu saat masih banyak yang mempercayai dinamisme para masyarakat ke punden untuk berdoa namun sekarang lebih ke pengajian atau tahlilan mengingat mayoritas masyarakat Desa Tulungrejo sendiri beragama Islam” ungkapnya.
Bersih desa dilakukan seharian dimana pagi acara makan bersama dan membersihkan balai desa; pada siang hari menuju sore adanya tahlilan oleh perangkat, tokoh masyarakat, dan sepuh desa; dan sore hari diadakan pementasan kesenian.
Pementasan kesenian di saat acara bersih desa adalah Jaranan ataupun Campursari, namun pada 2 tahun sekali penampilan kesenian yang ditampilkan adalah Wayang Kulit dan Lawakan khas ala daerah Jawa Timur.
Pementasan yang digelar pada malam acara diramaikan dengan masyarakat yang sangat antusias menyaksikan hingga menjelang dini hari, keadaan ini menandakan bahwa masyarakat desa Tulungrejo yang meminati pementasan kesenian sebagai wadah hiburan bagi mereka.
Di luar Wayang Kulit di desa ini terdapat 4 kelompok seni Jaranan yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat dan rentang usia. Kesenian ini seringkali diadakan ketika acara Selamatan atau Hajatan. Masih sangat eksis dalam lingkungan masyarakat dikarenakan ketertarikan masyarakat yang tinggi dengan disajikannya tarian serta lagu baru.
“Kesenian yang beragam serta khas di Jawa Timur diadaptasi oleh masyarakat desa dengan cara mengadopsi tren kekinian seperti menggunakan lagu-lagu ataupun tarian masa kini,” sebut Arief.
Potensi ini dapat dikembangkan lebih luas agar kesenian adaptasi yang dibawakan oleh masyarakat desa Tulungrejo dapat menyebar luas di seluruh Indonesia. Diharapkan kesenian asli desa ini dapat menjadi unggulan serta menjadi ladang ekonomi bagi masyarakat desa Tulungrejo dengan segudang seni potensialnya.
Melalui nilai-nilai sosial budaya serta kesenian yang ada di Desa Tulungrejo para narasumber berpesan kepadapeserta MMD bahwa adat, kebudayaan merupakan amanat dari leluhur yang harus tetap dijalankan. “Selalu menjaga dan menjunjung tinggi nilai sosial budaya dari leluhur mu karena hal tersebut merupakan amanat dan identitas asli dari dirimu,” tutupnya./ JOURNEY OF INDONESIA
Ditulis oleh:
Nama : Achmad Farhan Kurniawan
Nim : 215120307111096
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Psikologi
Nama : Diona Julyentri R
Nim : 215120407111020
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Hubungan Internasional
Mahasiswa KKN Universitas Brawijaya 2023
Program MMD 1000D