Wabah Covid-19 yang mendera di muka bumi ini sedikit banyak seudah merubah pola kehidupan manusia di muka bumi ini. Social distancing, lalu physhical distancing dan lockdown adalah sedikit dari habit baru yang harus dijalani oleh masyarakat di muka bumi ini.
Jangankan melakukan rutinitas sehari-hari, untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan sesama manusia saja sudah menjadi momok tersendiri, semua takut terjangkit virus Covid-19 yang sampai kini belum ditemukan vaksinnya.
Keadaan seperti ini akhirnya membangkitkan beragam ide kreatif dari orang-orang kreatif, seperti yang dilakoni oleh Migi Rihasalay. Ia dikenal sebagai seorang desainer muda yang dimiliki oleh Indonesia. Tapi kehadirannya seolah mengejutkan banyak orang.
Bagaimana tidak, Migi merancang sebuah masker dengan gambar bola dunia yang memakai masker dan meneskan air mata.
“Simbol tersebut saya desain menggunakan sketsa tangan pada 30 Maret 2020. Ini bentuk kesedihan saya di awal Maret saat nyaris seluruh Indonesia harus melakukan aktifitas di rumah, bahkan nyaris seluruh dunia juga mengalami lockdown,” jelas Migi, pada Sabtu (23/5).
Lalu.. apa latar belakang sang desainer, Migi Rihasaly mendesain masker tersebut? Migi menerangkan bahwa gambar yang dibuatnya tersebut juga mewakili perasaannya yang merasakan tangisan di seluruh dunia akibat wabah Corona.
Karyanya ini juga sekaligus untuk menjawab jika ia tak berhenti berkreativitas selama dirinya beserta sang suami, Andrew James. “Di rumah, bukan berarti saya juga harus diam saja. Saya masih mencoba untuk tetap produktif,” ucap Migi.
Ia juga mengisi kegiatan selama pandemi ini dengan aksi sosial dengan mengunjungi beberapa klinik dan posko PMI guna membagikan masker hasil desainnya. “Ini baru sebagian saja. Masker ini kita buat satu bulan ini dan memang untuk charity. Saya kirim juga ke Bali, Padang, Jakarta dan Tanjung Lesung,” ucapnya.
Ketika berkunjung ke Tanjung Lesung, ia sempat masuk ke desa yang tidak terjangkau listrik sama sekali. Ada 20 kepala keluarga yang mendiami desa ini. “Namanya desa Legon Dedap, lokasinya sangat terpencil. Saya harus jalan kaki untuk menuju desa ini,” ucapnya./ JOURNEY OF INDONESIA