Pulau Sumba mempunyai banyak destinasi dengan pemandangan yang cantik dan menawan, satu di antaranya adalah Pantai Walakiri. Fenomena alam di pantai ini amatlah indahnya. Karena keindahannya tersebut Pantai Walakiri dijuluki sebagai Pantai Surga di Nusa Tenggara Timur.
Pantai ini terletak di kawasan Pandawai, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur yang letaknya cukup tersembunyi, sehingga tidak diketahui oleh banyak orang. Berada tak jauh dari pusat Kota Waingapu, berjarak sekitar 24 km dan dapat ditempuh sekitar 30 menit perjalanan. Aksesnya sendiri cukup mudah karena berada tak jauh dari jalan raya menuju arah Melolo, sebuah kecamatan yang cukup besar di Sumba Timur.
Pantai Walakiri memiliki ciri khas pantai di Sumba yang cenderung tenang, landai dengan hamparan pasir putihnya. Walau kesannya biasa saja namun lansekap keindahan pantai yang ditawarkan akan memuaskan para pengunjung yang datang. Hamparan pasir pantai nan lembut membentang, serta dipadukan dengan deretan pohon kelapa dan cemara, sedikit banyak akan membuat betah duduk berlama-lama di tepi pantainya, sambil sesekali bermain air.
Tidak hanya itu, daya tarik pantai ini juga akan berbeda ketika air pantai sedang surut jauh di dekat hutan mangroves. Karena pada saat air laut surut, area pasir di sekitar pantai menjadi lebih luas sehingga memudahkan pengunjung menikmati keindahan mangroves kerdil dari dekat. Pantai ini juga memiliki tekstur pasir yang beragam mulai dari tekstur biasa hingga tekstur yang sangat halus seperti bedak.
Momen yang paling dinantikan adalah pada saat matahari kembali ke peraduannya. Pemandangan yang disuguhkan saat sunset di pantai ini amatlah indah, karena kita dapat menyaksikan perpaduan antara warna langit senja dan siluet pohon mangroves.
Siluet pepohonan mangroves kerdil yang meliuk-liuk bagai penari, membuat Walakiri menjadi sebuah fenomena yang unik dan memanjakan mata. Siluet yang tercipta sungguh artistik dan sangat fotogenik. Sayangnya sewaktu Journey Of Indonesia berkunjung kesana masih dalam suasana libur sekolah. Rancangan waktu yang diambil saat weekdays tetap tidak menolong banyak. Karena pantai diserbu oleh banyak pengunjung dan hampir semuanya berada di spot mangroves kerdil tersebut.
Selain itu, gravitasi bulan juga agak berbeda dari biasanya, karena air laut pada saat sunset tersebut masih cukup tinggi. Apa boleh buat, hendak mengabadikan foto cantik yang terjadi malah sebaliknya.
Anyway… menghabiskan waktu menjemput malam dipantai ini terkesan romantis. Masih ditemani dengan semburat merah mentari di ujung horison, pengunjung dapat memesan makanan ringan atau sambil menyeruput kopi Sumba yang nikmat dari para penjaja makanan yang ada disekitar pantai. Sambil membayangkan untuk kembali hadir ke pantai ini dan mengabadikan momen yang disebut-sebut dengan sebutan Home of Dancing Mangroves ini.
Yang patut diingat sebelum hadir di pantai ini adalah transportasi umum menuju pantai ini masih sangat terbatas. Maka ada baiknya pengunjung datang dengan menggunakan kendaraan sendiri./ JOURNEY OF INDONESIA