Desa Wae Rebo adalah sebuah desa tradisional yang terletak di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Desa yang jauh dari perkotaan ini memiliki ketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut, di tengah pegunungan yang hijau. Akses menuju desa ini melibatkan perjalanan darat dan trekking yang menantang, memberikan pengalaman petualangan kepada para pengunjung. Wisatawan biasanya mencapai Desa Wae Rebo dari Labuan Bajo atau Ruteng. Perjalanan dari kota-kota tersebut ke desa melibatkan perjalanan darat dan setelahnya perjalanan trekking selama beberapa jam.
Karena berada di pegunungan flores yang mengagumkan, apabila berkunjung ke desa ini akan disuguhkan dengan pemandangan pegunungan hijau memanjat hingga langit biru. Lanskap yang bergelombang dan terjal menciptakan panorama yang menakjubkan. Ketinggian desa ini dan minimnya polusi cahaya di sekitarnya menciptakan kondisi yang ideal untuk mengamati langit malam. Bintang-bintang bersinar terang di langit malam, menciptakan pemandangan yang spektakuler.
Desa ini dinyatakan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh UNESCO pada tahun 2012. Pengakuan ini diberikan atas keunikan dan keaslian desa dalam melestarikan tradisi budaya dan arsitektur tradisional. Pengakuan UNESCO kepada desa ini tidak hanya menjadi penghormatan terhadap warisan budaya Indonesia, tetapi juga mendorong upaya pelestarian dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.
Mengenal Adat Istiadat Desa Wae Rebo
Rumah Adat Tradisional “Mbaru Niang”
Keunikan desa Wae Rebo terdapat pada bangunan rumah adat tradisional mereka yang disebut Mbaru Niang. Kata Mbaru berarti rumah, sedangkan kata Niang berarti tinggi dan bulat. Rumah adat Mbaru Niang memang terkenal dengan atap kerucut tinggi yang mencolok dan menjadi ciri khasnya. Nama ini mencerminkan esensi dan karakteristik utama dari rumah adat tersebut. Bentuk Mbaru Niang, memiliki makna mendalam yang mencerminkan hubungan erat antara masyarakat dengan alam, nilai-nilai spiritual, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Atap kerucut yang mencolok pada Mbaru Niang menjadi ciri khas yang tidak hanya estetis tetapi juga bermakna simbolis.
Bentuk atap kerucut Mbaru Niang mencerminkan keseimbangan dan harmoni dengan alam sekitar. Seperti puncak gunung, atap yang mengarah ke langit menunjukkan hubungan yang erat antara masyarakat dengan alam pegunungan Flores tempat desa ini berada. Pilihan bentuk ini memberikan pesan tentang keberlanjutan dan keterkaitan masyarakat dengan lingkungan alamnya.Mbaru Niang tidak hanya menjadi tempat tinggal fisik, tetapi juga menjadi tempat yang dihormati dan dianggap sakral.Dengan menjaga dan merawat bentuk Mbaru Niang, masyarakat Desa Wae Rebo juga menghormati dan melestarikan warisan budaya mereka. Rumah adat ini menjadi simbol keberlanjutan budaya dan identitas desa.
Upacara Adat Penti
Selain rumah adat tradisional mereka, keunikan desa Wae Rebo yang menjadi daya tarik para pengunjung yaitu upacara Penti. Upacara adat Penti di Desa Wae Rebo adalah serangkaian kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Upacara adat ini diadakan sebagai ungkapan rasa syukur para warga desa. Dilaksanakan pada pertengahan bulan November, sebagai tanda bulan awal bercocok tanam dan pergantian tahun. Berikut adalah gambaran umum mengenai upacara adat Penti di Desa Wae Rebo:
- Persiapan Upacara: Masyarakat desa bersiap secara bersama-sama. Mereka membersihkan area sekitar dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
- Ritual Pembersihan: Penti sering dimulai dengan ritual pembersihan. Masyarakat membersihkan dan menyucikan tempat-tempat ibadah atau altar yang akan digunakan selama upacara. Proses pembersihan ini mencerminkan kebersihan fisik dan spiritual.
- Doa dan Upacara Keagamaan: Penti adalah upacara keagamaan, sehingga doa dan ritual keagamaan memegang peranan sentral. Pendeta atau tokoh agama setempat memimpin doa-doa, memberikan nasehat, dan memfasilitasi kegiatan keagamaan lainnya yang terkait dengan upacara.
- Persembahan dan Ritual Pengorbanan: Selama Penti, masyarakat Desa Wae Rebo seringkali memberikan persembahan kepada roh nenek moyang atau entitas spiritual yang dihormati. Beberapa upacara melibatkan ritual pengorbanan sebagai bentuk ungkapan syukur dan penghormatan terhadap kekuatan rohaniah.
- Tarian dan Musik Tradisional: Untuk menambah semarak acara, Penti sering diiringi dengan tarian dan musik tradisional. Para pemuda dan pemudi desa bisa ikut serta dalam tarian adat sebagai bagian dari ungkapan kegembiraan dan kebersamaan.
- Partisipasi Masyarakat: Penti adalah acara yang melibatkan seluruh masyarakat Desa Wae Rebo. Semua warga, dari berbagai kelompok usia, terlibat dalam kegiatan ini. Partisipasi aktif ini menciptakan suasana kebersamaan dan kekompakan di antara penduduk desa.
- Penutup dan Kegiatan Sosial: Setelah serangkaian kegiatan upacara, Penti biasanya ditutup dengan doa penutup dan ucapan terima kasih. Kemudian, seringkali diadakan kegiatan sosial atau pesta bersama untuk merayakan selesai nya upacara, memperkuat ikatan komunitas./ JOURNEY OF INDONESIA