Sudah cukup lama kabupaten Boyolali dikenal dengan susu sapinya, dan tak perlu heran jika Kabupaten yang berada di kaki Gunung Merapi dan Merbabu itu pun juga dijuluki sebagai Kota Susu. Saat ini produk susu sapi tersebut tak hanya dijual ke industri saja, tapi juga diolah menjadi produk makanan.
Salah satu yang cukup berhasil mengangkat produk berbahan susu ini adalah Keju Indrakila. Pabrik keju ini sendiri sudah beroperasi sejak 2008 lalu. Journey Of Indonesia pada beberapa waktu lalu sempat mengunjungi pabrik keju tersebut. Sengaja melihat, seperti apa sebenarnya pengolahan berbagai jenis keju yang diproduksi oleh pabrik ini.
Produk keju keju lokal produksi Boyolali ini mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan produk keju buatan luar negeri. Dengan permintaan yang terus bertambah, keju Indrakila terus meningkatkan kapasitas produksi rata-ratanya hingga 1000 liter per hari. Artinya jumlah tersebut akan menghasilkan sekitar 100 kg keju per harinya.
“Pengolahan keju Indrakila ini mulai beroperasi pada tahun 2008,” ungkap Romy selaku Manager Marketing Keju Indrakila.
“Pada awalnya pabrik ini berdiri karena sang owner, Noviyanto ingin menginisiasi agar Boyolali tidak hanya identik dengan susu, tapi kreasinya menjadi lebih beragam”, jelasnya.
Sambil membawa berkeliling di tempat pengolahan tersebut, Romy menjelaskan bahwa proses produksi keju di Indrakila ini masih menggunakan teknik manual. “Saat ini Keju Indrakila hanya mampu memproduksi olahan keju natural. Bahan dasarnya menggunakan 99,9% susu sapi segar lokal yang kemudian dicampur dengan garam dan bakteri khusus,” jelasnya.
Diruangan tersebut terlihat jelas tempat pengolahan susu yang terbuat dari bahan stainless steel yang cukup steril. Beberapa pekerja hilir mudik mulai memasukkan susu dan mencampurnya dengan bahan lainnya.Prosesnya dimulai dari susu sapi segar yang sudah dimasak dengan suhu 70 derajat Celsius.
Selanjutnya susu dimasukkan ke cooling box. Susu yang telah dingin selanjutnya dimasukkan ke dalam bak pengolahan dan diberi bakteri. Selanjutnya susu tersebut akan berbentuk mirip ampas tahu atau sering disebut juga curd. Kemudian curd akan dimasukkan ke dalam cetakan untuk dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Keju yang sudah jadi biasanya disimpan di dalam lemari pendingin selama sepekan baru kemudian siap untuk dikemas dan didistribusikan ke pelanggan.
Dalam perjalanannya, menurut Romy keju Indrakila memiliki 8 varian olahan keju natural antara lain, Mountain Chili, Mozzarella, Mountain Original, Feta Blackpaper, Feta Olive Oil, dan Boyobert yang menjadi produk andalan mereka. Boyobert merupakan jenis keju seperti Camembert, tapi sengaja di ubah namanya dari gabungan kata Boyolali dan Camembert. Keju ini bisa dimakan langsung atau disantap dengan biscuit cracker.
Romy mengakui bahwa saat ini produk Keju Indrakila belum menyentuh pasar Jakarta. “Kami lebih memilih besaing di kualitas, bukan harga,” ujar Romy. Kami belum mampu bersaing harga dengan produsen-produsen keju raksasa. “Kami hanya masuk hanya Semarang, Jogja, Wonosobo, Solo, Surabaya, Malang, Bali, Lombok, Pontianak, dan Samarinda. Proses pengirimannya, hanya menggunakan cargo atau bus travel yang sudah pasti waktu sampainya untuk menjaga kualitas keju,” kata Romy.
Sampai saat ini produksi Keju Indrakila ditentukan oleh order yang diterima. Yang melegakan adalah saat ini mereka kini sudah memiliki pelanggan tetap. Contohnya dalam sebulan, pabrik Indrakila bisa mengirim 2 ton keju natural ke Bali. Dalam hal ini mereka bekerjasama dengan salah seorang distributor asal Perancis. “Akan lebih mudah diterima oleh ekspatriat disini, jika kita memakai jasa dari komunitas mereka,” ungkap Romy.
Jenis keju yang paling banyak diminati adalah jenis keju Mozzarella yang biasanya digunakan di restoran – restoran yang menghidangkan pizza karena keju Boyolali ini rasanya paling mendekati dengan keju impor./ JOURNEY OF INDONESIA